Kamis, 16 Juni 2011

tausiyah

BADAN ADALAH ALAM SEMESTA
Sahabatku, pernahkan Anda sekali waktu melakukan satu perenungan terhadap wujud badan fisik Anda sendiri. Bagaimana rambut Anda ditumbuhkan? Bagaimana gigi Anda dikeraskan, tangan Anda yang dikuatkan, kaki Anda yang dikokohkan, kepala dan wajah Anda yang diindahkan, hidung yang dilubangi, mata yang dijernihkan, mulut yang dilembutkan, telinga yang disensitifkan terhadap segala macam bunyi, keringat yang dikeluarkan dari pori-pori, dan seluruh bagian tubuh Anda yang lainnya, yang kesemuanya itu dikuatkan dengan tulang-tulang. Dan pernah sekali waktu pula Anda melihat seluruh isi alam semesta ini? Gunung-gunung yang menjulang tinggi, langit yang diatapkan, bumi yang dihamparkan, air sungai yang dialirkan, matahari yang disinarkan, bintang-bintang dan bulan yang dicahayakan, pohon-pohon yang ditumbuhkan dan lain sebagainya.
Sahabat-sahabatku, sekarang saya ingin Anda melakukan suatu visualisasi, bahwa Anda saat ini sedang berada di tengah sebuah hutan belantara. Di kanan kiri Anda adalah pohon-pohon besar. Di bawah kaki Anda, sungai mengalirkan airnya yang jernih. Nun jauh di hadapan Anda, gunung berdiri menjulang tinggi. Di atas kepala Anda matahari bersinar cerah dengan sinarnya yang keemasan dan langit membentang luas. Sementara di bawah pohon tumbuh berbagai macam jenis tumbuhan. Beragam jenis burung berkicau dengan merdu. Indah dan damai sekali bukan? Apakah yang hendak Anda katakan ketika Anda berada di tengah alam yang sedemikian tertata apik sekali.
Sahabatku, sekarang renungkanlah! Wujud fisik Anda, adakah kesamaan dengan alam yang saat ini Anda diami…..? fahamilah dengan satu perasaan syukur dan memuji keagungan Dzat Yang Maha Menciptakan. Jika Anda melakukan satu tadabbur terhadap alam raya saat ini, maka akan diperoleh satu hal yang sangat luar biasa. Bahwa wujud fisik kita ini sejatinya sama dengan penataan jagat semesta yang kita diami.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali menguraikan di dalam Mukhtasyar Ihya Ulumiddin. Bahwa tubuhmu adalah bumi. Bola matamu ibarat matahari bagi bumimu yang memberikan penerang untuk bisa melihat. Aliran darah di tubuhmu ibarat sungai-sungai yang mengalir di atas bumimu untuk menumbuhkan berbagai macam tumbuhan. Dan berbagai jenis rambut adalah tumbuhannya. Keringat yang keluar dari pori-porimu ibarat lautan. Tulang belulangmu bagaikan gunung dan pepohonan yang menguatkan bumimu. Dan kulit adalah langit bagi bumimu yang melingkupi semesta raya. Suara-suara yang dapat engkau ciptakan adalah hiasan alam seperti kicau burung yang merdu bagi alam.
Namun perhatikanlah alam raya ini. Jika gunung telah dibongkar demi kepentingan satu generasi dengan melakukan berbagai macam eksploitasi. Hutan ditebang demi menumpuk kekayaan materi. Bumi menjadi gersang. Pohon-pohon mengering. Sungai tak lagi mengalirkan air. Burung-burung dan berbagai macam jenis hewan punah. Maka itu berarti kita telah membunuh alam dan mengundang datangnya hari kiamat. Dan jika pohon telah roboh, gunung telah rata, sungai tak lagi mengalir, sesungguhnya itu semua bisa terjadi dalam diri manusia. Tulang-tulang yang keropos adalah sama dengan pohon yang ditebang dan gunung yang diratakan, sungai yang berhenti mengalir adalah darah yang tersumbat.. Keringat yang tak lagi keluar adalah lautan yang kering. Mata yang rabun adalah matahari yang redup. Maka bumimu pasti akan mengalami keguncangan. Keguncangan yang sangat hebat oleh suatu gempa sehingga pada akhirnya bumimu akan rata sepenuhnya. Hancur berkeping-keping oleh suatu goncangan yang sangat dahsyat. Itulah kiamat. Saya, Anda, kita semuanya akan mengalami hari kiamat kita masing-masing.
Sahabat-sahabatku, jika alam raya yang sedemikian luas ini bisa saja mengalami keguncangan dan kehancuran akibat ulah tangan-tangan manusia yang hanya mementingkan kepentingan duniawi semata, yang tidak peduli dengan kalimat menjaga kelestarian alam ini untuk generasi yang akan datang, maka badan kita bisa saja mengalaminya. Jika kita mengeksploitasi badan kita hanya untuk kepentingan duniawi tanpa mempedulikan kepentingan akhirat, itu sama saja dengan mempercepat datangnya kiamat. Karena kita akan mencapai titik kelemahan yang parah, tenaga kita habis terkuras, tulang kita akan semakin keropos, dan pada saat itulah alam dari badan fisik kita akan diguncangkan dan diratakan dengan suatu guncangan dahsyat bernama sakaratul maut.
Camkanlah, wahai sahabat-sahabatku! Kita benar-benar harus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta ini. Kita juga pasti akan bertanggung jawab terhadap keutuhan alam raya pada badan kita ini, yang seharusnya didaya gunakan untuk kemaslahatan hidup jangka panjang dan abadi. Janganlah engkau semuanya rakus terhadap alam. Janganlah rakus terhadap badan sendiri. Seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhannya, yang terus mengeksploitir alam demi kepentingan sesaat. Mereke akan menyesal di kemudian hari. Kita pun akan menyesal. Jika saja kita mengeksploitiasi badan fisik kita ini hanya untuk kepentingan sesaat. Berikanlah hak dari setiap anggauta badan kita untuk melakukan amal kebaikan. Mata kita berikan haknya untuk memandang dan membaca serta menelaah mushaf Al-Qur’an. Mulut kita,berikan haknya untuk berdzikir dan mengaji serta mengkaji ayat-ayat Nya. Telinga kita, berikan haknya untuk mendengarkan nasehat kebaikan. Tangan kita, berikan haknya untuk mengulurkan kebaikan. Kaki kita, berikan haknya untuk melangkah menuju pahala. Janganlah kita memaksa anggauta badan kita hanya untuk menumpuk-numpuk materi yang semu dan mengumpulkan poin-point kemaksiatan kepada Allah. Janganlah buat tulang-tulang kita keropos oleh suatu amal kemubadziran yang akan membawa pada kehancuran dunia dan akhirat. Karena lima persoalan akan datang dengan pasti terhadap diri kita. Sakit, susah, sempit, miskin dan mati.
Janganlah engkau sakit karena lelah mengejar dan menumpuk harta dunia, tetapi sakitlah engkau karena mengejar ridla Allah Azza wa Jalla. Janganlah engkau susah hanya karena kehilangan kesempatan mengumpulkan point kemaksiatan, tetapi merasa susahlah engkau karena ketinggalan amal kebaikan. Janganlah engkau merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, tetapi merasa sempitlah engkau karena umurmu terlalu pendek untuk melakukan ibadah kepada Allah. Janganlah engkau merasa miskin harta, tetapi merasa miskinlah engkau karena sedikitnya pahala yang dapat engkau kumpulkan. Dan janganlah engkau mati karena mengejar dunia kecuali mati dengan khusnul khatimah.
Sahabat-sahabatku, sakit karena lelah mengupulkan harta dunia tetapi lupa akhirat adalah kehinaan. Susah karena kehilangan kesempatan melakukan perbuatan maksiat adalah nista. Merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan adalah kerendahan harga diri. Merasa miskin harta tapi tak merasa miskin amal kebaikan adalah musibah. Dan mati karena mengejar dunia adalah kebangkrutan selama-lamanya. Pergunakanlah anggauta badanmu untuk melakukan amal kebajikan yang akan mengantarkan kita pada keabadian yang bahagia. Jadikan mata kita sebagai matahari tauhid untuk melakukan segala amal kebaikan. Jadikan tangan kita, kaki kita untuk melakukan perbuatan mulia hingga kita tidak terjerembab ke dalam penyesalan. Perhatikanlah dan renungkanlah apa yang disampaikan oleh Syeikh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaelaniy dalam satu hikmahnya:
لاَتَكُنْ فِيْ اَخْذِكَ الدُّنْياَ كَحاَطِبِ اللَّيْلِ، ماَتَدْرِيْ ماَيَقَعُ بِيَدِكَ، عَلَيْكَ بِاْلاِحْتِطاَبِ نَهاَراً فَاِنَّ ضَوْءَ الشَّمْسِ يَمْنَعُكَ اَنْ تَأخُذَماَيَضُرُّكَ، كُنْ فِيْ تَصَرُّفَاتِكَ مَعَ شَمْسِ التَّوْحِيْدِوَالشَّرْعِ وَالتَّقْوَى، فَاِنَّ هَذِهِ الشَّمْسَ تَمْنَعُكَ عَنِ اْلوُقُوْعِ فِيْ شَبَكَةِ الْهَوَى وَالنَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ
“Janganlah di waktu mengambil (mencari) dunia engkau berbuat seperti pencari kayu di hutan pada waktu malam hari. Engkau tidak tahu apa yang disentuh oleh tanganmu. Hendaklah engkau mencari kayu di siang hari, karena sinar matahari mencegahmu untuk mengambil sesuatu yang membahayakanmu. Hendaklah dalam perbuatan-perbuatanmu engkau selalu menyertainya dengan matahari tauhid, syara dan ketaqwaan. Karena matahari ini mencegahmu dari terjerumus dalam perangkap hawa nafsu dan syaitan.”

Nah, sahabat-sahabatku, dalam majlis ngaji batin ini, demi Dzat yang jiwaku ada dalam Genggaman Nya, sungguh saya sama sekali tidak ingin dan tidaklah pantas untuk menggurui Anda semuanya. Yang saya lakukan adalah upaya habis-habisan untuk melecut diri saya sendiri agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang akhirnya justru menghancurkan harapan kehidupan yang lebih baik yang dapat saya peroleh di kehidupan abadi saya. Demikian pula Anda. Seyogyanya Anda harus jadi penuntun kebaikan bagi nilai hidup Anda sendiri. Agar harapan kebaikan di dalam alam keabadian akan betul-betul kita peroleh bersama. Marilah kita bersama untuk mendaya gunakan alam badan ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah kita menjadi bagian dari orang-orang yang menyesal karena melupakan sisi kehidupan akhirat. Cepat atau lambat, umur kita akan segera menemui titik terakhir dari kehidupan dunia ini. Jadikanlah sakaratul maut kita dipenuhi dengan wewangian dan kelembutan syurgawi. Dan janganlah kita buat sakaratul maut kita penuh dengan guncangan yang dahsyat dan mencelakakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar