Senin, 21 Mei 2012

DO'A PENANGKAL KEJAHATAN

Sahabat Muslim, tahukah Anda, bahwa setiap kita hidup dikendalikan oleh suatu nafsu yang ada di dalam diri ini. Nafsu senantiasa mempengaruhi kita untuk melakukan bermacam hal perbuatan. Jika yang mempengaruhi kita adalah nafsul mutmainnah, maka langkah dan perbuatan kita akan cenderung melakukan kebaikan demi kebaikan. Tetapi sebaliknya, bila yang pengaruhnya lebih besar dalam diri ini adalah nafsu amaroh, maka kita akan cenderung melakukan berbagai kejahatan dan perbuatan maksiat. Shadaqallahul 'adzim yang berfirman di dalam Al-Qur'an: ان النفس لامرة بالسوء "Sesungguhnya nafsu selalu mengajak pada perbuatan buruk." Dua nafsu yang bersemayam di dalam diri kita ini sepanjang hayat di kandung badan akan terus berperang. Mereka akan berusaha saling mengalahkan satu dengan lainnya. Maka berbahagialah Anda, manakala yang selalu memenangkan peperangan itu adalah nafsul mutmainnah. Karena Anda akan terbimbing untuk melakukan kebaikan demi kebaikan. Yang sudah pasti efek dari kebaikan itu akan bermanfaat bagi hidup Anda dunia sampai akhirat. Tapi waspadalah Anda, manakala Anda lebih banyak dikuasai oleh an-nafsu la ammarotu bissu'. Karena nafsu yang satu ini justru menyeret kita untuk terus melakukan kemaksiatan demi kemaksiatan. Yang sudah pasti efek dari perbuatan itu akan berakibat pada kecelakaan dunia sampai akhirat. Na'udzu billahi min dzalik Sahabat Muslim. Ketika nafsu laamarotu bissu' yang cenderung menguasai seseorang, ia akan melawan hukum-hukum Ilahiyah. Melakukan tindakan amoral dan nista, baik terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain. Terhadap dirinya sendiri ia bisa saja merusak hidupnya dengan laku setan. Melawan dan meninggalkan syariat, melacur, mengkonsumsi narkoba, miras dan lain sebaginya. Dan terhadap orang lain ia juga tidak ragu untuk melakukan laku kejahatan. Mencuri, merampok, membunuh, korupsi, dan lain sebagainya. Kita berlindung pada Allah dari terpengaruhinya jiwa kita oleh nafsu ini. Nah, disadari atau tidak, kita berada pada lingkungan yang lebih sering dikuasai oleh nafsu laamaratu bissu'. Akibatnya, kejahatan muncul di mana-mana setiap hari, bahkan setiap detik. Seolah kita berada di hutan belantara dimana norma kemanusiaan disingkirkan. Beragam kejahatan ada di hadapan kita, baik yang tampak seperti jambret, rampok, pembunuhan, perkosaan ataupun yang tidak tampak seperti menjegal dan menghancurkan saingan secara halus, korupsi, menyerang dengan santet, guna-guna, voodoo dan lain sebaginya. Sahabat Muslim. Agar kita senantiasa terjaga dari berbagai perbuatan jahat dan kejahatan orang lain kepada kita, maka biasakanlah selesai menunaikan shalat fardlu, membaca do'a yang diajarkan oleh Rasulullah ini: بِسْمِ اللهِ الَّذِىْ لاَ يَضُرُّمَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِى اْلأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ Bacalah do'a ini. Yakinlah pada do'a yang Anda panjatkan. Insya Allah Anda akan dilindungi dari berbagai macam kejahatan yang terlihat ataupun yang tidak tampak. Wallahu a'lam. Ingatlah, bencana terbesar bukanlah seberapa kejam kejahatan yang Anda hadapi. Tetapi bencana terbesar adalah, manakala Anda tidak yakin jika do'a Anda pasti dikabulkan oleh Dzat Yang Maha Mengabulkan segala do'a. Camkanlah! الى الله نعبد والى الله نستعين والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

KEKUATAN DO'A RASUL

Sahabat muslim, Awal bismillah, marilah kita rangkaikan, segala puji hanya bagi Allah yang telah mempertemukan kita pada acara ini. Tafakkur Ngaji Batin yang semoga mendapatkan barakah dan manfaat untuk kehidupan kita dari dunia hingga ke alam keabadian akhirat. Shalawat serta salam semoga tetap menjadi bingkai keharuman bagi junjungan kita Rasulullah Muhammad saw. Rasul agung, yang diutus oleh Dzat yang Maha Agung, dengan membawa syariat agung dan dengan disertai akhlak yang agung pula. Tiada jemu kita berharap semoga kelak di yaumil mahsyar, kita akan mendapatkan syafaatnya. Syafaat Rasul yang membuktikan beliau adalah Rasul yang sangat bertanggung jawab terhadap keselamatan ummatnya. Sahabat muslim. fahamilah, bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang penuh persoalan. Sejak kita lahir, bermacam soal telah menghadang langkah hidup kita. Ingatkanlah diri ini, manakala kita belum mampu berjalan, berkata-kata, makan minum, mandi atau buang hajat. Sungguh itu adalah problem awal yang kita hadapi begitu melihat alam dunia ini. Namun, atas Kuasa Allah, semua yang diawal hidup menjadi satu persoalan berat, kini telah menjadi sesuatu yang sangat ringan. Kita tak menyadari jika semua itu adalah hasil kerja keras kita untuk bisa melakukannya. Dan saat ini, setiap kita pastilah sedang berhadapan dengan berbagai permasalahan hidup. Entah itu masalah rumah tangga, kemiskinan, bisnis, karier, jabatan, perdagangan, pergaulan, dan lain sebagainya. Kita, sebagai manusia sungguh tak akan pernah luput dari adanya problem dan problem hidup. Sementara ketika seorang muslim dihadapkan pada bermacam problem hidup, masih banyak mereka yang mensikapi problem itu secara negative. Sebagian mereka ada yang menyalahkan takdir, ada yang menuduh Allah tidak adil dan sebagian mereka menuding fihak ketiga sebagai pelaku kejahatan atas dirinya. Mereka kemudian mencari jalan dan cara mengatasi persoalannya, dengan tindakan yang akibatnya justru menggelincirkan dirinya pada jurang kenistaan yang lebih dalam. Jelas ini sangat disayangkan. Mengapa masih banyak saudara-saudara kita sesama muslim yang melupakan kekuatan do'a. fahamilah, junjungan kita Rasulullah Muhammad saw telah mengajarkan begitu banyak do'a untuk memohon kepada Allah. Do'a agar problem hidup kita dapat segera terselesaikan. Tuntas tanpa harus mengorbankan siapapun, bahkan tanpa mengorbankan aqidah kita. Satu dari sekian banyak do'a yang diajarkan oleh Rasul saat kita dihadapkan pada problem hidup adalah, يا حي يا قيوم برحمتك استغيث Bacalah do'a ini ketika Anda hidup penuh masalah. Insya Allah, solusi atas problem hidup Anda akan segera terbuka. Ingatlah, bencana terbesar bukanlah seberapa parah problem yang Anda hadapi. Tetapi bencana terbesar adalah manakala Anda tidak yakin jika do'a Anda akan dikabulkan oleh Dzat Yang Maha Mengabulkan segala do'a. Camkanlah! الى الله نعبد والى الله نستعين والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selasa, 21 Juni 2011

Mengurai Tingkat Tawakkal

Suatu ketika Nabi Sulaiman yang memiliki mukjizat dapat mengerti bahasa hewan bertanya kepada seekor semut.
"Wahai semut, aku ingin tahu, berapa Allah memberimu rezeki yang berupa makanan dalam masa satu tahun?" tanya Nabi Sulaiman.
"Selama setahun Allah memberi rezeki kepadaku sebesar biji gandum, ya Nabiyullah." jawab si semut.
Kemudian Nabi Sulaiman menganggkat si semut dan memasukkannya ke dalam sebuah botol. Di dalam botol itu diberi makanan sebesar biji gandum. Si semut pun tetap berada di dalam botol dengan makanan sebesar biji gandum selama setahun.
Satu tahun kemudian Nabi Sulaiman menengok si semut yang ada di botol. Dilihatnya makanan yang disediakan masih tersisa separo. Maka, Nabi SUlaiman merasa heran. Ia pun ingin tahu.
"Wahai semut, setahun yang lalu engkau mengatakan bahwa rezeki yang Allah berikan kepadamu sebesar biji gandum. Lantas kenapa aku beri sebesar biji gandum dalam setahun tidak engkau habiskan?" tanya Nabi Sulaiman ingin tahu.
"Betul, ya Nabiyallah." jawab si semut. "Tetapi, ketika aku di luar botol aku bertawakkal kepada Allah sehingga aku tidak khawatir kekurangan untuk tahun berikutnya, karena ALlah tak akan pernah lupa terhadap hamba Nya. Sedangkan sekarang aku di dalam botol tidak bisa bertawakkal kepada Nya. Karena engkau yang menjamin. Sementara engkau meskipun seorang Nabi, tetap manusia biasa yang bisa saja melupakan aku. Maka makanan yang engkau berikan kepadaku aku sisakan untuk tahun berikutnya, kalau-kalau engkau lupa kepadaku."
Nah, belajar dari jawaban semut terhadap pertanyaan Nabi Sulaiman, alangkah eloknya jika kita merenungkan tingkat tawakkal kita kepada Allah. Yang disadari atau tidak dan diakui atau tidak, sungguh tingkatannya masih jauh dari semut Nabi Sulaiman. Kenapa?
Manakala kita berkata tawakkaltu 'alallaah, kita masih berharap kepada makhluk. Kita masih khawatir akan rezeki kita di masa yang akan datang. Kita sebagai orang beriman ternyata, harus menyadari bahwa tawakkal kita kepada ALlah belum sampai pada tataran 'yakin billah' yang sempurna. Karena manakala kita tidak mendapatkan rzeki hari ini, kekhawatiran lantas melanda hati kita kalau-kalau besok tidak mendapatkan apa-apa. Padahal Allah adalah Dzat Yang Maha Mencukupi segala kebutuhan hamba Nya. Tanpa kita meminta ini dan itu, Dia Maha Mengetahui akan kebutuhan kita.

Jumat, 17 Juni 2011

Kegiatan Ponlab Alwaha

ISTIGHOSAH KUBRO RUWAT BATIN SYAR'I (Membalik Taqdir dengan Kudrat Ilaahi)

Mungkin Anda saat ini sedang menghadapi berbagai masalah kehidupan yang tak kunjung berakhir? Seperti masalah keluarga tak harmonis, ekonomi tak stabil, rezeki seret, karier tidak berkembang, selalu dicaci dan dibenci orang lain, tidak dipercaya orang lain, minder/tidak percaya diri, ditolak cinta, sulit jodoh/selalu gagal usaha, gagal berumah tangga, stress, depresi, hati tidak tenang, Pikiran kacau, charisma/wibawa menurun, musibah silih berganti, sakit yang tidak kunjung sembuh, selalu sial, sulit dapat kerja, usaha bangkrut, dagang selalu merugi, ditipu orang terus, malas beribadah, malas bekerja dan berusaha, gangguan jin, sihir, santet, guna-guna, salah mempelajari ilmu gaib, selalu marah, sedih berkepanjangan atau masalah-masalah lainnya. Tahukah Anda, jika semua itu karena adanya pengaruh energi negative (sengkolo) yang menutupi tubuh batin (aura) Anda? Sengkolo itu harus dibersihkan jika Anda ingin mengalami perubahan hidup!!
Salah satu upaya rohaniah yang perlu dilakukan untuk membuang bersih sengkolo tubuh batin atau aura adalah melalui ritual RUWAT BATIN SYAR’I di Pondok Laku Batin ALWAHA. Alhamdulillah telah ribuan orang memanfaatkan kegiatan ini dan telah tertolong dengan kehendak dan Kuasa Nya
RUWAT BATIN SYAR’I adalah sebuah upaya spiritual untuk mengatasi problem hidup secara batin melalui pendekatan hati terhadap Dzat Yang Maha memiliki segala solusi, Allah SWT. Karena sesungguhnya pertolongan Allah akan selalu datang kepada hamba yang mendekat kepada Nya dengan berserah diri sepenuhnya disertai dengan kejujuran hati ketika mengetuk ‘Pintu’ Nya Yang Maha Lembut dan Maha Bijaksana.
Pelaksanaan RUWAT BATIN SYAR’I di Pondok Laku Batin ALWAHA, insya Allah sama sekali tidak mengandung unsur syirik dan tidak bertentangan dengan kaidah Islam. Karena pelaksanaannya menggunakan metode tawassul kepada Allah melalui para Nabi dan Rasul, para waliyulah dan orang-orang shaleh yang dekat dengan Allah. Adapun urutan pelaksanaannya secara garis besar adalah sbb:

1. Khotmil Qur’an oleh KH. Abdul Qodir Alhafidz
2. Dzikrus Syifa (Dzikir Penyembuhan/penetralan)
3. Tawassul Rasul bi maulidihi
4. Dzikir Kilas Balik Yasin Fadilah dan Ruqyah Jin
6. Ziarah ke makam-makam Aulia
7. Pembangkitan Ruh Daya Cipta Kesuksesan hidup

Nah,kini kami ajak Anda untuk melakukan upaya RUWAT BATIN SYAR’I guna menemukan solusi atas problematika hidup yang sedang Anda hadapi. Karena demi sesungguhnya, semua problematika kehidupan pasti akan ada jalan keluarnya. Di Pondok Laku Batin ALWAHA Buniwah Krajan, insya Allah Anda akan menemukan jalan menuju kesuksesan hidup dunia akhirat. Amin allahumma amiin.
RUWAT BATIN SYAR’I Dilaksanakan pada :
Hari :Minggu
Tanggal : 10 Juli 2011
Mulai :Jam 09.00. wib
Selesai :Jam 15.00. wib

Kamis, 16 Juni 2011

Pengacara Akhirat

PENGACARA MANUSIA DI HADAPAN MAHKAMAH ALLAH
Sahabat-sahabatku, cobalah dengarkan aliran air yang mengalir penuh ketenangan, suara burung yang berkicau dengan merdu menghiasi musik alamiah. Desiran angin yang berhembus pelan melakukan tugasnya untuk membuat proses fotosintesa tumbuhan terjadi. Tumbuh-tumbuhan yang ta’dzim terhadap titah Al-Khaliq yang telah menentukan. Mereka tumbuh tanpa membantah secuil pun. Semuanya berjalan begitu rapi dan semua membuat alam raya ini demikian indah. Kenapa semua itu bias terjadi sedemikian sempurnanya? Burung tak pernah berhenti berkicau, air tak pernah berhenti mengalir dengan sendirinya. Pohon dan segala macam tumbuhan tak pernah bosan untuk tumbuh dan tumbuh. Maha Suci Allah yang menata alam ini menjadi sebuah pemandangan yang sangat indah. Kemudian lukisan Ilahiyah ini menjadi inspirasi manusia yang kian hari kian bertambah kecongkakannya. Kecongkakan manusia untuk mengekploitir alam ini tanpa peduli apa yang sedang dilakukan oleh alam terhadap Tuhannya.
Tahukah Anda, sahabat-sahabatku, apa yang sesungguhnya selalu dilakukan oleh alam setiap detiknya? Coba renungkanlah, tanpa kita tahu dan tanpa kita pahami bahasa mereka, sejatinya alam raya ini setiap saat bertasbih kepada Allah. Mereka memuji serta mensucikan kebesaran Allah dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan ketetapan Rab semesta alam yang telah menciptakan mereka. Tak pernah sekalipun mereka mencari popularitas atas untaian tasbih yang mereka rangkai. Mereka ikhlas bersujud kepada Allah dengan cara mereka masing-masing. Bahkan manakala manusia memperlakukan mereka secara semena-mena, mereka tetap bertasbih. Dengan tasbihnya air tak pernah melakukan tindakan sembrono terhadap tuhannya dengan enggan mengalir. Burung tak pernah tiba-tiba membisu. Pohon dan segala macam jenis tumbuhan tak pernah melakukan demonstrasi mogok tumbuh pada tanah yang disuburkan oleh Allah. Semuanya patuh terhadap perintah Allah, Dzat yang mengatur alam dan tata surya ini. Hingga karena kepatuhannya itu, mereka tidak membutuhkan pembelaan apapun di hadapan Tuhannya ketika manusia menganggap alam ini kejam dengan terjadinya bencana dan malapetaka yang menewaskan nyawa manusia. Alam akan berkata kepada Tuhannya, bukan salah kami jika manusia terkena bencana karena kami. Mereka sendirilah yang telah mengganggu ketenangan dan kekhusyuan kami dalam bertasbih kepada Mu, ya Allah.
Sabahat-sahabatku, luangkan waktu Anda sejenak dan bertafakurlah. Kita adalah makhluk Allah, bagian dari alam raya ini. Tidak seperti alam lainnya, manusia adalah bagian alam yang sangat membutuhkan pembelaan atas kesalahan yang kita lakukan ketika terjadi peradilan Allah terhadap seluruh makhluk Nya kelak di hari pembalasan. Hewan, air, pohon, langit, bumi, matahari, bulan dan lain sebagainya tidak akan ditanya di hadapan mahkamah Allah, siapa yang akan membelanya untuk menyelamatkan dirinya dari adzab Allah. Tetapi manusia, kita semuanya akan ditanya Allah, apa yang akan dapat menyelamatkan dirimu dari kobaran api neraka Ku? Katakanlah siapakah dia? Kemudian Allah akan cari pembela kita yang pertama. Kata Allah, “Apakah pengacaramu yang akan membela kesalahanmu mampu membebaskan dirimu dari dosa yang telah engkau perbuat selama engkau menempati alam, hamba Ku yang selalu patuh bertasbih?”
Tahukah engkau wahai sahabat-sahabatku, siapakah pengacara yang pertama kali akan diperiksa Allah kelak di mahkamah Nya yang Maha Adil? Sebelum Anda saya ajak untuk mengenal pengacara kita kelak di hadapan Allah, sejenak kita baca bersama satu do’a yang terkandung di dalam shalat yang setiap hari kita diperintahkan untuk mendirikannya. Yaitu: Inni wajahtu wajhiya lilladziy fatharas samaawaati wal ardli, haniifan musliman wamaa ana minal musyrikin. Innas shalaati wa nusuuki wa mahyaaya wama maati lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syarika lahu wa bidaalika umirtu wa ana minal muslimin. (Ya Allah, sesungguhnya aku hadapkan wajahku hanya kepada Tuhan yang meninggikan langit dan menghamparkan bumi, kami berserah diri dengan lurus dan sungguh kami bukanlah orang yang termasuk mensekutukan ENgkau. Karena sesungguhnya shalat yang kami dirikan, ibadah yang kami lakukan, hidup yang kami nikmati dan mati yang kami alami adalah hanya dan hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi Mua ya Allah, sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri sebagai muslim.)
Sekarang, Adakah terbersit satu gambaran tentang siapa yang akan jadi pengacara Anda kelak di hari peradilan Allah setelah membaca do’a ini? Nah, hayatilah dengan kejujuran sahabat-sahabatku semua. Kenapa perintah shalat bukan melaksanakan, tetapi malah dengan kalimat mendirikan. Seperti layaknya mendirikan sebuah bangunan? Sahabat-sahabatku semua, ternyata inilah maksud Allah yang memerintahkan kita dengan kalimat mendirikan shalat. Karena shalat kita kelak akan menjadi pengacara kita satu-satunya yang menjadi pembela utama di muka mahkamah agung Nya.
Pengacara, sebagaimana kita fahami di peradilan dunia ini adalah sosok seorang yang dapat melakukan pembelaan terhadap seorang terdakwa di muka hakim. Andaikata Anda dalam sebuah persidangan telah benar-benar terbukti bersalah dan hakim telah menjatuhkan vonis hukuman bagi Anda, dengan adanya seorang pengacara yang mendampingi Anda, maka Anda akan mendapatkan pembelaan, agar kesalahan itu dihapuskan. Atau minimal hakim mengurangi vonis hukumannya untuk Anda. Inilah fungsi seorang pengacara. Demikian pulalah yang terjadi di muka peradilan Allah kelak. Meskipun kita telah nyata-nyata sebagai hamba banyak melakukan kesalahan dan dosa semasa di dunia, jika pengacara yang mendampingi kita mampu melakukan pembelaan di hadapan Allah, maka vonis hukuman neraka bagi kita akan dihapuskan oleh Allah, hakim yang Maha Adil. Atau paling tidak Allah akan ringankan hukumannya.
Sahabatku, rupanya pengacara kita ternyata berwujud shalat. Sang pengacara kita di akhirat adalah shalat yang kita dirikan. Kelak, shalat akan mendampingi kita manakala Allah menghadapkan kita ke muka pengadilan Nya. Itulah kenapa perintah shalat lebih dengan kalimat ‘mendirikan’ dan bukan sekedar melaksanakan. Karena ternyata Allah berkehendak menciptakan dan mempersiapkan shalat sebagai mahluk Nya yang siap membela kita di hadapan Nya kelak. Bagaimana shalat akan melakukan pembelaan terhadap kita di hadapan Qadli Yang Maha Adil? Sahabat-sahabatku, kenalilah calon pengacara Anda. Kenalilah shalat Anda. Dirikanlah dengan kekokohan agar ia mampu berdiri tegar di hadapan Allah dan mengatakan bahwa kita adalah hamba Nya yang muslim dan senantiasa berserah diri dengan lurus kepadanya. Shalat yang kita dirikan dengan kehendak Allah, akan mengatakan, “Klien hamba ini telah membaguskan hamba dalam mendirikan. Dia adalah hamba yang berserah diri hanya kepada Mu. Dia tidak berusaha mensekutukan Engkau, meskipun sekali waktu dia melakukan kesalahan dan dosa, tetapi apa yang dilakukannya itu adalah karena kebodohannya saja, bukan sebuah kesengajaan. Karena itu, hamba mohon ampunilah kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya. Karena semua yang dia lakukan, shalatnya, ibadahnya, bahkan hidup dan matinya sebagaimana dia ungkapkan manakala mendirikan hamba, sesungguhnya hanya untuk Engkau, ya Allah.” Begitulah pembelaan shalat di hadapan Allah.
Dari sinilah, sahabat-sahabtku. Tampaknya kita harus berusaha mengenal dan membangun dirikan shalat kita agar menjadi pengacara yang handal. Pengacara akhirat yang akan dapat menyelamatkan kita dari hotel prodeonya Allah, penjara yang lebih dari sekedar kurungan. Bui tanpa batas waktu, bahkan siksaan tanpa mengenal kata selesai. Karena itu, kita mesti mempersiapkan pengacara akhirat kita dengan sungguh-sungguh dan matang. Tidak saja asal melakukan sahalat demi menggugurkan kewajiban semata.
Perhatikanlah, sahabat-sahabatku. Seperti halnya para koruptor yang telah terbukti bersalah terhadap Negara dengan mencaplok harta rakyatnya, ketika disidang di muka hakim, mereka tidak cukup didampingi dengan hanya seorang pengacara saja. Mereka rela menghabiskan puluhan juta bahkan ratusan juta, untuk membayar pengacaranya yang dipercaya dapat memutihkan kesalahannya, minimal dapat meringankan hukumannya. Pengacara itu jumlahnya kadang sampai puluhan dan menjadi sebuah team pembelanya di muka pengadilan. Setelah menerima bayaran yang tinggi, para pengacara itu kemudian berusaha habis-habisan untuk membela kliennya di muka hakim. Meskipun mereka tahu yang mereka bela adalah orang yang nyata-nyata bersalah. Tetapi karena mereka telah dibaguskan oleh kliennya, maka yang salah pun diupayakan di muka hakim supaya tidak terlihat salah. Dibuatlah berbagai macam alasan bahkan alibi untuk menghindarkan kliennya dari kesalahan.
Nah, seperti itulah kelah pengacara akhirat kita akan berjuang di hadapan Allah untuk membela agar Sang Maha Hakim memutihkan kesalahan kita. Karena itu, jika kita merasa menjadi hamba yang merasa memiliki dosa yang sedemikian besar terhadap Allah, sebagaimana halnya para koruptor yang bersedia membuat pengacara menjadi sebuah team, maka kita juga tentulah tidak cukup hanya dengan satu pengacara akhirat. Itulah sebabnya Allah sediakan shalat-shalat lainya selain shalat wajib. Ini dikandung maksud, siapa saja yang tidak hanya mendirikan shalat wajib, tetapi juga menambahnya dengan shalat-shalat lainnya yang bernilai sunnah, dluha, rowatib, tahajjud, tasbih, istikharah, hajat dan lain-lainnya, sesungguhnya ia tengah berusaha membuat sebuah team pengacara akhirat yang akan membelanya di muka pengadilan Allah.
Sahabat-sahabatku, dalam majlis ngaji batin ini, saya selalu ingin mengajak diri saya pribadi yang masih berlumur dosa, dan kepada engkau semua. Marilah kita kenali shalat kita. Kita bangun menjadi sebuah team pengacara yang handal di hadapan Allah, dengan membaguskannya tidak saja dengan niat untuk menggugurkan kewajiban sebagai muslim. Tetapi lebih karena kita butuh pembela di hadapan persidangan agung yang hakimnya Allah, seadil-adilnya hakim.

BATIN ADALAH LAUTAN
Sahabat-sahabatku yang semoga selalu mendapat lipahan rahmat Allah, salah satu dari khulafa’ur rasyidin yakni Sayyidina Abu Bakar Ash-shidiq ra. Pernah sekali waktu beliau memberikan tafsir tentang ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
ظَهَرَاْلفَسَادُفِي اْلبَرِّوَاْلبَحْرِ
Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan
Beliau sayyidina Abu Bakar berkata dalam hikmahnya: Albarru huwal lisaanu walbahru huwal qalbu, faidza fasadal lisaan bakat ‘alaihin nufus, waidza fasadal qalbu bakat ‘alaihil malaikat. (darat adalah lisan dan lautan adalah batin/qalbu. Apabila lisan telah rusak, maka akan ditangisi oleh jiwa. Dan apabila batin/qalbu rusak, maka akan ditangisi oleh para malaikat).
Sahabat-sahabatku, sekarang, saya ingin Anda membawa imajinasi Anda saat ini ke tengah lautan yang sangat luas. Anda berlayar dengan kapal pesiar bersama penumpang lainnya. Perahu yang Anda tumpangi, oleh karena badai besar telah tenggelam ke dasar lautan ditelan ombak ganas. Di sana, setelah perahu tenggelam, kita tak lagi dapat melihat mana tepi lautan untuk kita naik ke darat menyelamatkan diri. Sekeliling kita adalah hamparan air yang berombak besar, dan kita terapung-apung tanpa tahu arah di sana, kita berada hanya di atas selembar papan kayu yang kecil. Sementara di dalam air, kepiting laut tengah berebut menggerogoti papan kayu yang kita tumpangi. Bahkan sedikit demi sedikit hewan laut lainnya juga mulai menggerogoti kaki kita. Memakannya dan kita tak sanggup mengelak apalagi memberikan perlawanan. Yang sanggup dilakukan hanyalah menahan rasa sakit. Tidak jauh di depan Anda, puluhan ekor ikan hiu sedang berusaha mendekat dengan memperlihatkan gigi-giginya yang tajam siap untuk menelan Anda. Kecuali itu, di atas Anda burung-burung bangkai beterbangan sambil berebut mematuk kepala Anda. Sementara ombak lautan semakin lama semakin besar. Anda di ujung kematian yang sangat dekat. Sahabat-sahabatku, saya ingin tahu, apa yang akan Anda lakukan untuk menyelamatkan diri dari kematian di saat-saat seperti itu?
Berteriak minta tolong…? Ingat, Anda hanya sendirian. Bahkan jika ada orang lain pun mereka sedang dalam kondisi yang sama dengan kita, terapung-apung di atas selembar papan kecil yang digerogoti kepiting laut. Dan kaki mereka juga digerogoti ikan-ikan. Di depannya, ikan hiu jahat siap menerkam. Dan di atas kepala puluhan burung bangkai berebut mematuk kepalanya. Mungkin, rasanya tak ada apapun yang dapat kita lakukan selain kita pejamkan mata dan pasrah menerima kenyataan bahwa maut sedetik lagi akan merenggut kita. Menangis…? Tak ada gunanya lagi air mata dikucurkan. Menyesal menyeberangi laut? Juga tak ada artinya. Perjalanan hidup kita telah rusak, tinggal menunggu saat hewan laut menghabiskan daging di tubuh kita, membiarkan burung bangkai mematuki kepala kita dan ikan hiu jahat menelan habis tubuh kita. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Allahu akbar! Mungkin begitulah jeritan terakhir kita jika kita ingat bahwa kita akan kembali kepada yang punya lautan. Tetapi jika tidak, tak ada lagi kalimat yang bisa menyelamatkan kita. Padahal setelah peristiwa yang sangat menegangkan itu terjadi, pasti kita akan mengalami babak baru kehidupan kita yang tidak ada garis finishnya. Yaitu akhirat. Subhaanallaah, maha suci Engkau ya Allah. Kami berlindung dari akhir usia yang buruk bagi kehidupan kami, dan kami mohon berilah kami khusnul khatimah di akhir hayat kami, ya Allah. Berilah kami jalan menuju mardlatillah Mu.
Sahabat-sahabatku, Allah telah menegaskan di dalam firman Nya bahwa dlahaaral fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aedin naas (telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia sendiri). Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq ra. memberi tafsir tentang ayat ini bahwa daratan adalah lisan. Lisan kita sendiri. Lisan, ucapan adalah sesuatu yang sangat mudah untuk dilakukan. Jujur harus kita akui, sangat jarang bahkan nyaris tidak pernah kita menyampaikan rasa syukur kepada Allah atas nikmat lisan yang sangat berharga ini. Kita menganggapnya sesuatu yang remeh. Kemudian menggunakannya untuk mengucapkan kalimat-kalimat buruk yang justru dapat menghancurkan hidup kita sendiri. Kita menganggap lisan ini sebagai sesuatu yang sangat ringan. Sedemikian ringannya hingga kita tidak pernah ingat, betapa sulitnya ketika kita berusaha untuk dapat berkata-kata mengucapkan sebuah kalimat di saat masih dalam buaian ibunda kita. Padahal andaikata kita melihat seorang anak usia dua tahun yang kesulitan mengucapkan sepatah kata, kita akan sadar, begitulah dahulu kita adanya. Sangat sulit belajar bicara. Belajar untuk mengeja kalimat dengan sebuah perjuangan yang berat hingga kita berhasil dengan sukses. Dari situ kita akan sampai pada sebuah penyadaran bahwa kemampuan berbicara adalah nikmat yang besar dari Allah. Dan karena lisan ini sebagai nikmat yang besar, maka tentulah kita harus mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat besar bagi hidup dan kehidupan kita. Kita tidak mempergunakannya untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang pada akhirnya justru dapat menjungkir balikan kita pada posisi kesengsaraan.
Renungkanlah peringatan beliau junjungan kita Rasulullah SAW. Bahwa salaamatul insane fii hifdzil lisan (keselamatan manusia tergantung bagaimana ia menjaga lisannya). Saya, Anda, kita semuanya akan selamat dari dunia hingga kembali untuk menghadap Allah di alam keabadian, adalah berawal dari menjaga lisan kita sendiri. Menjaga lisan bermakna menghindarkan lisan kita dari mengucapkan kalimat-kalimat kotor yang dapat menimbulkan dosa dan kecelakaan bagi nilai hidup dan kehidupan kita. Setiap pembicaraan yang kita lakukan, setiap kalimat yang kita lontarkan, setiap kata yang kita ucapkan dan setiap huruf yang kita rangkai dengan lisan kita, hendaknya bernilai ibadah, bermuatan tasbih, berkekuatan takbir, dan berisi ruh suci tahlil dikrullah untuk meninggikan ke-Maha Besaran Allah Azza wa Jalla sebagai Dzat yang menganugerahkan lisan ini.
Jika kita senentiasa memberi muatan tasbih di dalam setiap pembicaraan yang kita lakukan, menyalurkan kekuatan takbir di tiap kalimat yang kita lontarkan, menghidupkan ruh tahlil di tiap huruf yang kita rangkai, sehingga setiap detik tak pernah lena dari dzikrullah, maka keselamatan hidup kita dari dunia sampai akhirat adalah menjadi sebuah keniscayaan. Menjadi kepastian yang akan kita peroleh. Karena setiap saat Allah akan curahkan pahala dan cahaya keselamatan pada kita. Hidup kita pun akan terasa semakin nikmat dan semakin rapi. Semakin tenang, damai dan terbebas dari malapetaka.
Tetapi jika saja kita mempergunakan lisan kita untuk membuat kerusakan di muka bumi ini seperti, dipergunakan untuk menggunjing orang lain, mencaci maki orang lain, mengutuk sesama atau mengutuk diri sendiri dengan sumpah serapah, menghinakan orang yang lebih rendah, memfitnah, mengadu domba orang lain, berdusta dan segala macam hal yang buruk, maka yang terjadi pada diri kita pun akan buruk dan sebuah kerusakan hidup. Jiwa kita akan gersang, tiada kedamaian dan semakin tidak tenang, kacau, seolah setiap orang berusaha memusuhi kita. Curiga, prasangka buruk, kebencian, permusuhan dan perpecahan akan selalu terjadi, yang pada gilirannya akan sampailah pada titik kulminasi terendah yaitu kerusakan dan kehancuran hidup dunia akhirat. Di sinilah kenapa Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan tafsir bahwa daratan adalah lisan kita. faidza fasadal lisaan bakat ‘alaihin nufus (jika lisan telah rusak maka akan ditangisi oleh jiwa. Batin kita akan sengsara manakala menghadap Allah. Dan kebengisan malaikat Malik yang menjaga neraka akan meluluh lantakan kehidupan abadi kita. Siksaan adalah hadiahnya buat kita yang tidak ada habis-habisnya. Na’udzu billah min dzaalika.
Sahabat-sahabatku, lautan adalah qalbu kita, batin kita. Sejatinya di dalam batin kita tersimpan cahaya Ilahiyah yang penuh kebaikan. Kebaikan yang akan dapat membawa kita pada keselamatan hidup dari dunia hingga akhirat dan menghadap Allah dengan suka cita. Namun, jika lisan kita saja sudah rusak, bagaimana mungkin batin kita akan jernih dan bias selamat? Kerusakan lisan akan berdampak pada kerusakan batin. Batin kita akan merana karena kerusakan lisan kita yang parah. Kondisi batin kita akhirnya ibarat kita di tengah lautan hanya berada di atas papan kecil, di dalam air kaki kita digerogoti ikan, kepala kita dipatuki burung bangkai, dan di depan kita ikan hiu siap melumat kita. Begitulah gambarannya. Batin yang seharusnya kembali menghadap Allah dalam keadaan fitrah, suci, tetapi harus kembali kepada Nya dalam keadaan rusak parah. Semua karena lisan yang dirusak oleh si pemiliknya, si manusia yang mengumbar lisan tanpa sadar, bahwa selamat atau celakanya dia adalah karena bagaimana dia menjaga lisannya. Dan jika qalbu, batin kita kembali kepada Allah dengan satu kerusakan yang diawali dari lisan, maka para malaikat akan menangis. Mereka akan berkata, “Kasihan sekali wahai kalian manusia. Allah sudah anugerahkan lisan untuk kalian, agar kalian memuji Allah dan beribadah kepada Nya, tetapi kalian pergunakan untuk keburukan dan kejahatan. Akhirnya qalbu kalian, batin kalian pun harus kembali kepada Allah dengan penuh kesengsaraan. Kalian harus merasakan pedihnya siksa yang diciptakan dengan lisan kalian sendiri dari kehidupan dunia, siksa yang tidak ada putusnya, wahai, celakalah kalian.”
Nah, Sahabat-sahabatku, pernahkah sekali waktu kita sadari, bahwa setiap getaran batin, setiap lintasan pikiran, dan setiap huruf yang kita rangkai menjadi kalimat dengan lisan kita, adalah tanggung jawab dan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Dzat yang menganugerahkan lisan ini? Semakin banyak kita mempergunakan lisan untuk suatu keburukan, maka akan semakin berat pertanggung jawaban yang harus kita hadapi kelak manakala berjumpa dengan Allah. Ketahuilah, berbicara dengan lisan untuk ibadah kepada Allah adalah lebih baik jika diam kita adalah justru bernilai keburukan. Tetapi diam akan menjadi lebih baik dan menyelamatkan, jika ternyata berkata-kata dengan lisan justru akan menimbulkan keburukan. Keburukan akibat lisan akan menjadi panjang ceritanya dan akan berat pertanggung jawabannya serta hukuman yang harus diterima.

tausiyah

BADAN ADALAH ALAM SEMESTA
Sahabatku, pernahkan Anda sekali waktu melakukan satu perenungan terhadap wujud badan fisik Anda sendiri. Bagaimana rambut Anda ditumbuhkan? Bagaimana gigi Anda dikeraskan, tangan Anda yang dikuatkan, kaki Anda yang dikokohkan, kepala dan wajah Anda yang diindahkan, hidung yang dilubangi, mata yang dijernihkan, mulut yang dilembutkan, telinga yang disensitifkan terhadap segala macam bunyi, keringat yang dikeluarkan dari pori-pori, dan seluruh bagian tubuh Anda yang lainnya, yang kesemuanya itu dikuatkan dengan tulang-tulang. Dan pernah sekali waktu pula Anda melihat seluruh isi alam semesta ini? Gunung-gunung yang menjulang tinggi, langit yang diatapkan, bumi yang dihamparkan, air sungai yang dialirkan, matahari yang disinarkan, bintang-bintang dan bulan yang dicahayakan, pohon-pohon yang ditumbuhkan dan lain sebagainya.
Sahabat-sahabatku, sekarang saya ingin Anda melakukan suatu visualisasi, bahwa Anda saat ini sedang berada di tengah sebuah hutan belantara. Di kanan kiri Anda adalah pohon-pohon besar. Di bawah kaki Anda, sungai mengalirkan airnya yang jernih. Nun jauh di hadapan Anda, gunung berdiri menjulang tinggi. Di atas kepala Anda matahari bersinar cerah dengan sinarnya yang keemasan dan langit membentang luas. Sementara di bawah pohon tumbuh berbagai macam jenis tumbuhan. Beragam jenis burung berkicau dengan merdu. Indah dan damai sekali bukan? Apakah yang hendak Anda katakan ketika Anda berada di tengah alam yang sedemikian tertata apik sekali.
Sahabatku, sekarang renungkanlah! Wujud fisik Anda, adakah kesamaan dengan alam yang saat ini Anda diami…..? fahamilah dengan satu perasaan syukur dan memuji keagungan Dzat Yang Maha Menciptakan. Jika Anda melakukan satu tadabbur terhadap alam raya saat ini, maka akan diperoleh satu hal yang sangat luar biasa. Bahwa wujud fisik kita ini sejatinya sama dengan penataan jagat semesta yang kita diami.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali menguraikan di dalam Mukhtasyar Ihya Ulumiddin. Bahwa tubuhmu adalah bumi. Bola matamu ibarat matahari bagi bumimu yang memberikan penerang untuk bisa melihat. Aliran darah di tubuhmu ibarat sungai-sungai yang mengalir di atas bumimu untuk menumbuhkan berbagai macam tumbuhan. Dan berbagai jenis rambut adalah tumbuhannya. Keringat yang keluar dari pori-porimu ibarat lautan. Tulang belulangmu bagaikan gunung dan pepohonan yang menguatkan bumimu. Dan kulit adalah langit bagi bumimu yang melingkupi semesta raya. Suara-suara yang dapat engkau ciptakan adalah hiasan alam seperti kicau burung yang merdu bagi alam.
Namun perhatikanlah alam raya ini. Jika gunung telah dibongkar demi kepentingan satu generasi dengan melakukan berbagai macam eksploitasi. Hutan ditebang demi menumpuk kekayaan materi. Bumi menjadi gersang. Pohon-pohon mengering. Sungai tak lagi mengalirkan air. Burung-burung dan berbagai macam jenis hewan punah. Maka itu berarti kita telah membunuh alam dan mengundang datangnya hari kiamat. Dan jika pohon telah roboh, gunung telah rata, sungai tak lagi mengalir, sesungguhnya itu semua bisa terjadi dalam diri manusia. Tulang-tulang yang keropos adalah sama dengan pohon yang ditebang dan gunung yang diratakan, sungai yang berhenti mengalir adalah darah yang tersumbat.. Keringat yang tak lagi keluar adalah lautan yang kering. Mata yang rabun adalah matahari yang redup. Maka bumimu pasti akan mengalami keguncangan. Keguncangan yang sangat hebat oleh suatu gempa sehingga pada akhirnya bumimu akan rata sepenuhnya. Hancur berkeping-keping oleh suatu goncangan yang sangat dahsyat. Itulah kiamat. Saya, Anda, kita semuanya akan mengalami hari kiamat kita masing-masing.
Sahabat-sahabatku, jika alam raya yang sedemikian luas ini bisa saja mengalami keguncangan dan kehancuran akibat ulah tangan-tangan manusia yang hanya mementingkan kepentingan duniawi semata, yang tidak peduli dengan kalimat menjaga kelestarian alam ini untuk generasi yang akan datang, maka badan kita bisa saja mengalaminya. Jika kita mengeksploitasi badan kita hanya untuk kepentingan duniawi tanpa mempedulikan kepentingan akhirat, itu sama saja dengan mempercepat datangnya kiamat. Karena kita akan mencapai titik kelemahan yang parah, tenaga kita habis terkuras, tulang kita akan semakin keropos, dan pada saat itulah alam dari badan fisik kita akan diguncangkan dan diratakan dengan suatu guncangan dahsyat bernama sakaratul maut.
Camkanlah, wahai sahabat-sahabatku! Kita benar-benar harus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta ini. Kita juga pasti akan bertanggung jawab terhadap keutuhan alam raya pada badan kita ini, yang seharusnya didaya gunakan untuk kemaslahatan hidup jangka panjang dan abadi. Janganlah engkau semuanya rakus terhadap alam. Janganlah rakus terhadap badan sendiri. Seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhannya, yang terus mengeksploitir alam demi kepentingan sesaat. Mereke akan menyesal di kemudian hari. Kita pun akan menyesal. Jika saja kita mengeksploitiasi badan fisik kita ini hanya untuk kepentingan sesaat. Berikanlah hak dari setiap anggauta badan kita untuk melakukan amal kebaikan. Mata kita berikan haknya untuk memandang dan membaca serta menelaah mushaf Al-Qur’an. Mulut kita,berikan haknya untuk berdzikir dan mengaji serta mengkaji ayat-ayat Nya. Telinga kita, berikan haknya untuk mendengarkan nasehat kebaikan. Tangan kita, berikan haknya untuk mengulurkan kebaikan. Kaki kita, berikan haknya untuk melangkah menuju pahala. Janganlah kita memaksa anggauta badan kita hanya untuk menumpuk-numpuk materi yang semu dan mengumpulkan poin-point kemaksiatan kepada Allah. Janganlah buat tulang-tulang kita keropos oleh suatu amal kemubadziran yang akan membawa pada kehancuran dunia dan akhirat. Karena lima persoalan akan datang dengan pasti terhadap diri kita. Sakit, susah, sempit, miskin dan mati.
Janganlah engkau sakit karena lelah mengejar dan menumpuk harta dunia, tetapi sakitlah engkau karena mengejar ridla Allah Azza wa Jalla. Janganlah engkau susah hanya karena kehilangan kesempatan mengumpulkan point kemaksiatan, tetapi merasa susahlah engkau karena ketinggalan amal kebaikan. Janganlah engkau merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, tetapi merasa sempitlah engkau karena umurmu terlalu pendek untuk melakukan ibadah kepada Allah. Janganlah engkau merasa miskin harta, tetapi merasa miskinlah engkau karena sedikitnya pahala yang dapat engkau kumpulkan. Dan janganlah engkau mati karena mengejar dunia kecuali mati dengan khusnul khatimah.
Sahabat-sahabatku, sakit karena lelah mengupulkan harta dunia tetapi lupa akhirat adalah kehinaan. Susah karena kehilangan kesempatan melakukan perbuatan maksiat adalah nista. Merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan adalah kerendahan harga diri. Merasa miskin harta tapi tak merasa miskin amal kebaikan adalah musibah. Dan mati karena mengejar dunia adalah kebangkrutan selama-lamanya. Pergunakanlah anggauta badanmu untuk melakukan amal kebajikan yang akan mengantarkan kita pada keabadian yang bahagia. Jadikan mata kita sebagai matahari tauhid untuk melakukan segala amal kebaikan. Jadikan tangan kita, kaki kita untuk melakukan perbuatan mulia hingga kita tidak terjerembab ke dalam penyesalan. Perhatikanlah dan renungkanlah apa yang disampaikan oleh Syeikh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaelaniy dalam satu hikmahnya:
لاَتَكُنْ فِيْ اَخْذِكَ الدُّنْياَ كَحاَطِبِ اللَّيْلِ، ماَتَدْرِيْ ماَيَقَعُ بِيَدِكَ، عَلَيْكَ بِاْلاِحْتِطاَبِ نَهاَراً فَاِنَّ ضَوْءَ الشَّمْسِ يَمْنَعُكَ اَنْ تَأخُذَماَيَضُرُّكَ، كُنْ فِيْ تَصَرُّفَاتِكَ مَعَ شَمْسِ التَّوْحِيْدِوَالشَّرْعِ وَالتَّقْوَى، فَاِنَّ هَذِهِ الشَّمْسَ تَمْنَعُكَ عَنِ اْلوُقُوْعِ فِيْ شَبَكَةِ الْهَوَى وَالنَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ
“Janganlah di waktu mengambil (mencari) dunia engkau berbuat seperti pencari kayu di hutan pada waktu malam hari. Engkau tidak tahu apa yang disentuh oleh tanganmu. Hendaklah engkau mencari kayu di siang hari, karena sinar matahari mencegahmu untuk mengambil sesuatu yang membahayakanmu. Hendaklah dalam perbuatan-perbuatanmu engkau selalu menyertainya dengan matahari tauhid, syara dan ketaqwaan. Karena matahari ini mencegahmu dari terjerumus dalam perangkap hawa nafsu dan syaitan.”

Nah, sahabat-sahabatku, dalam majlis ngaji batin ini, demi Dzat yang jiwaku ada dalam Genggaman Nya, sungguh saya sama sekali tidak ingin dan tidaklah pantas untuk menggurui Anda semuanya. Yang saya lakukan adalah upaya habis-habisan untuk melecut diri saya sendiri agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang akhirnya justru menghancurkan harapan kehidupan yang lebih baik yang dapat saya peroleh di kehidupan abadi saya. Demikian pula Anda. Seyogyanya Anda harus jadi penuntun kebaikan bagi nilai hidup Anda sendiri. Agar harapan kebaikan di dalam alam keabadian akan betul-betul kita peroleh bersama. Marilah kita bersama untuk mendaya gunakan alam badan ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah kita menjadi bagian dari orang-orang yang menyesal karena melupakan sisi kehidupan akhirat. Cepat atau lambat, umur kita akan segera menemui titik terakhir dari kehidupan dunia ini. Jadikanlah sakaratul maut kita dipenuhi dengan wewangian dan kelembutan syurgawi. Dan janganlah kita buat sakaratul maut kita penuh dengan guncangan yang dahsyat dan mencelakakan.