Selasa, 21 Juni 2011

Mengurai Tingkat Tawakkal

Suatu ketika Nabi Sulaiman yang memiliki mukjizat dapat mengerti bahasa hewan bertanya kepada seekor semut.
"Wahai semut, aku ingin tahu, berapa Allah memberimu rezeki yang berupa makanan dalam masa satu tahun?" tanya Nabi Sulaiman.
"Selama setahun Allah memberi rezeki kepadaku sebesar biji gandum, ya Nabiyullah." jawab si semut.
Kemudian Nabi Sulaiman menganggkat si semut dan memasukkannya ke dalam sebuah botol. Di dalam botol itu diberi makanan sebesar biji gandum. Si semut pun tetap berada di dalam botol dengan makanan sebesar biji gandum selama setahun.
Satu tahun kemudian Nabi Sulaiman menengok si semut yang ada di botol. Dilihatnya makanan yang disediakan masih tersisa separo. Maka, Nabi SUlaiman merasa heran. Ia pun ingin tahu.
"Wahai semut, setahun yang lalu engkau mengatakan bahwa rezeki yang Allah berikan kepadamu sebesar biji gandum. Lantas kenapa aku beri sebesar biji gandum dalam setahun tidak engkau habiskan?" tanya Nabi Sulaiman ingin tahu.
"Betul, ya Nabiyallah." jawab si semut. "Tetapi, ketika aku di luar botol aku bertawakkal kepada Allah sehingga aku tidak khawatir kekurangan untuk tahun berikutnya, karena ALlah tak akan pernah lupa terhadap hamba Nya. Sedangkan sekarang aku di dalam botol tidak bisa bertawakkal kepada Nya. Karena engkau yang menjamin. Sementara engkau meskipun seorang Nabi, tetap manusia biasa yang bisa saja melupakan aku. Maka makanan yang engkau berikan kepadaku aku sisakan untuk tahun berikutnya, kalau-kalau engkau lupa kepadaku."
Nah, belajar dari jawaban semut terhadap pertanyaan Nabi Sulaiman, alangkah eloknya jika kita merenungkan tingkat tawakkal kita kepada Allah. Yang disadari atau tidak dan diakui atau tidak, sungguh tingkatannya masih jauh dari semut Nabi Sulaiman. Kenapa?
Manakala kita berkata tawakkaltu 'alallaah, kita masih berharap kepada makhluk. Kita masih khawatir akan rezeki kita di masa yang akan datang. Kita sebagai orang beriman ternyata, harus menyadari bahwa tawakkal kita kepada ALlah belum sampai pada tataran 'yakin billah' yang sempurna. Karena manakala kita tidak mendapatkan rzeki hari ini, kekhawatiran lantas melanda hati kita kalau-kalau besok tidak mendapatkan apa-apa. Padahal Allah adalah Dzat Yang Maha Mencukupi segala kebutuhan hamba Nya. Tanpa kita meminta ini dan itu, Dia Maha Mengetahui akan kebutuhan kita.