Selasa, 21 Juni 2011

Mengurai Tingkat Tawakkal

Suatu ketika Nabi Sulaiman yang memiliki mukjizat dapat mengerti bahasa hewan bertanya kepada seekor semut.
"Wahai semut, aku ingin tahu, berapa Allah memberimu rezeki yang berupa makanan dalam masa satu tahun?" tanya Nabi Sulaiman.
"Selama setahun Allah memberi rezeki kepadaku sebesar biji gandum, ya Nabiyullah." jawab si semut.
Kemudian Nabi Sulaiman menganggkat si semut dan memasukkannya ke dalam sebuah botol. Di dalam botol itu diberi makanan sebesar biji gandum. Si semut pun tetap berada di dalam botol dengan makanan sebesar biji gandum selama setahun.
Satu tahun kemudian Nabi Sulaiman menengok si semut yang ada di botol. Dilihatnya makanan yang disediakan masih tersisa separo. Maka, Nabi SUlaiman merasa heran. Ia pun ingin tahu.
"Wahai semut, setahun yang lalu engkau mengatakan bahwa rezeki yang Allah berikan kepadamu sebesar biji gandum. Lantas kenapa aku beri sebesar biji gandum dalam setahun tidak engkau habiskan?" tanya Nabi Sulaiman ingin tahu.
"Betul, ya Nabiyallah." jawab si semut. "Tetapi, ketika aku di luar botol aku bertawakkal kepada Allah sehingga aku tidak khawatir kekurangan untuk tahun berikutnya, karena ALlah tak akan pernah lupa terhadap hamba Nya. Sedangkan sekarang aku di dalam botol tidak bisa bertawakkal kepada Nya. Karena engkau yang menjamin. Sementara engkau meskipun seorang Nabi, tetap manusia biasa yang bisa saja melupakan aku. Maka makanan yang engkau berikan kepadaku aku sisakan untuk tahun berikutnya, kalau-kalau engkau lupa kepadaku."
Nah, belajar dari jawaban semut terhadap pertanyaan Nabi Sulaiman, alangkah eloknya jika kita merenungkan tingkat tawakkal kita kepada Allah. Yang disadari atau tidak dan diakui atau tidak, sungguh tingkatannya masih jauh dari semut Nabi Sulaiman. Kenapa?
Manakala kita berkata tawakkaltu 'alallaah, kita masih berharap kepada makhluk. Kita masih khawatir akan rezeki kita di masa yang akan datang. Kita sebagai orang beriman ternyata, harus menyadari bahwa tawakkal kita kepada ALlah belum sampai pada tataran 'yakin billah' yang sempurna. Karena manakala kita tidak mendapatkan rzeki hari ini, kekhawatiran lantas melanda hati kita kalau-kalau besok tidak mendapatkan apa-apa. Padahal Allah adalah Dzat Yang Maha Mencukupi segala kebutuhan hamba Nya. Tanpa kita meminta ini dan itu, Dia Maha Mengetahui akan kebutuhan kita.

Jumat, 17 Juni 2011

Kegiatan Ponlab Alwaha

ISTIGHOSAH KUBRO RUWAT BATIN SYAR'I (Membalik Taqdir dengan Kudrat Ilaahi)

Mungkin Anda saat ini sedang menghadapi berbagai masalah kehidupan yang tak kunjung berakhir? Seperti masalah keluarga tak harmonis, ekonomi tak stabil, rezeki seret, karier tidak berkembang, selalu dicaci dan dibenci orang lain, tidak dipercaya orang lain, minder/tidak percaya diri, ditolak cinta, sulit jodoh/selalu gagal usaha, gagal berumah tangga, stress, depresi, hati tidak tenang, Pikiran kacau, charisma/wibawa menurun, musibah silih berganti, sakit yang tidak kunjung sembuh, selalu sial, sulit dapat kerja, usaha bangkrut, dagang selalu merugi, ditipu orang terus, malas beribadah, malas bekerja dan berusaha, gangguan jin, sihir, santet, guna-guna, salah mempelajari ilmu gaib, selalu marah, sedih berkepanjangan atau masalah-masalah lainnya. Tahukah Anda, jika semua itu karena adanya pengaruh energi negative (sengkolo) yang menutupi tubuh batin (aura) Anda? Sengkolo itu harus dibersihkan jika Anda ingin mengalami perubahan hidup!!
Salah satu upaya rohaniah yang perlu dilakukan untuk membuang bersih sengkolo tubuh batin atau aura adalah melalui ritual RUWAT BATIN SYAR’I di Pondok Laku Batin ALWAHA. Alhamdulillah telah ribuan orang memanfaatkan kegiatan ini dan telah tertolong dengan kehendak dan Kuasa Nya
RUWAT BATIN SYAR’I adalah sebuah upaya spiritual untuk mengatasi problem hidup secara batin melalui pendekatan hati terhadap Dzat Yang Maha memiliki segala solusi, Allah SWT. Karena sesungguhnya pertolongan Allah akan selalu datang kepada hamba yang mendekat kepada Nya dengan berserah diri sepenuhnya disertai dengan kejujuran hati ketika mengetuk ‘Pintu’ Nya Yang Maha Lembut dan Maha Bijaksana.
Pelaksanaan RUWAT BATIN SYAR’I di Pondok Laku Batin ALWAHA, insya Allah sama sekali tidak mengandung unsur syirik dan tidak bertentangan dengan kaidah Islam. Karena pelaksanaannya menggunakan metode tawassul kepada Allah melalui para Nabi dan Rasul, para waliyulah dan orang-orang shaleh yang dekat dengan Allah. Adapun urutan pelaksanaannya secara garis besar adalah sbb:

1. Khotmil Qur’an oleh KH. Abdul Qodir Alhafidz
2. Dzikrus Syifa (Dzikir Penyembuhan/penetralan)
3. Tawassul Rasul bi maulidihi
4. Dzikir Kilas Balik Yasin Fadilah dan Ruqyah Jin
6. Ziarah ke makam-makam Aulia
7. Pembangkitan Ruh Daya Cipta Kesuksesan hidup

Nah,kini kami ajak Anda untuk melakukan upaya RUWAT BATIN SYAR’I guna menemukan solusi atas problematika hidup yang sedang Anda hadapi. Karena demi sesungguhnya, semua problematika kehidupan pasti akan ada jalan keluarnya. Di Pondok Laku Batin ALWAHA Buniwah Krajan, insya Allah Anda akan menemukan jalan menuju kesuksesan hidup dunia akhirat. Amin allahumma amiin.
RUWAT BATIN SYAR’I Dilaksanakan pada :
Hari :Minggu
Tanggal : 10 Juli 2011
Mulai :Jam 09.00. wib
Selesai :Jam 15.00. wib

Kamis, 16 Juni 2011

Pengacara Akhirat

PENGACARA MANUSIA DI HADAPAN MAHKAMAH ALLAH
Sahabat-sahabatku, cobalah dengarkan aliran air yang mengalir penuh ketenangan, suara burung yang berkicau dengan merdu menghiasi musik alamiah. Desiran angin yang berhembus pelan melakukan tugasnya untuk membuat proses fotosintesa tumbuhan terjadi. Tumbuh-tumbuhan yang ta’dzim terhadap titah Al-Khaliq yang telah menentukan. Mereka tumbuh tanpa membantah secuil pun. Semuanya berjalan begitu rapi dan semua membuat alam raya ini demikian indah. Kenapa semua itu bias terjadi sedemikian sempurnanya? Burung tak pernah berhenti berkicau, air tak pernah berhenti mengalir dengan sendirinya. Pohon dan segala macam tumbuhan tak pernah bosan untuk tumbuh dan tumbuh. Maha Suci Allah yang menata alam ini menjadi sebuah pemandangan yang sangat indah. Kemudian lukisan Ilahiyah ini menjadi inspirasi manusia yang kian hari kian bertambah kecongkakannya. Kecongkakan manusia untuk mengekploitir alam ini tanpa peduli apa yang sedang dilakukan oleh alam terhadap Tuhannya.
Tahukah Anda, sahabat-sahabatku, apa yang sesungguhnya selalu dilakukan oleh alam setiap detiknya? Coba renungkanlah, tanpa kita tahu dan tanpa kita pahami bahasa mereka, sejatinya alam raya ini setiap saat bertasbih kepada Allah. Mereka memuji serta mensucikan kebesaran Allah dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan ketetapan Rab semesta alam yang telah menciptakan mereka. Tak pernah sekalipun mereka mencari popularitas atas untaian tasbih yang mereka rangkai. Mereka ikhlas bersujud kepada Allah dengan cara mereka masing-masing. Bahkan manakala manusia memperlakukan mereka secara semena-mena, mereka tetap bertasbih. Dengan tasbihnya air tak pernah melakukan tindakan sembrono terhadap tuhannya dengan enggan mengalir. Burung tak pernah tiba-tiba membisu. Pohon dan segala macam jenis tumbuhan tak pernah melakukan demonstrasi mogok tumbuh pada tanah yang disuburkan oleh Allah. Semuanya patuh terhadap perintah Allah, Dzat yang mengatur alam dan tata surya ini. Hingga karena kepatuhannya itu, mereka tidak membutuhkan pembelaan apapun di hadapan Tuhannya ketika manusia menganggap alam ini kejam dengan terjadinya bencana dan malapetaka yang menewaskan nyawa manusia. Alam akan berkata kepada Tuhannya, bukan salah kami jika manusia terkena bencana karena kami. Mereka sendirilah yang telah mengganggu ketenangan dan kekhusyuan kami dalam bertasbih kepada Mu, ya Allah.
Sabahat-sahabatku, luangkan waktu Anda sejenak dan bertafakurlah. Kita adalah makhluk Allah, bagian dari alam raya ini. Tidak seperti alam lainnya, manusia adalah bagian alam yang sangat membutuhkan pembelaan atas kesalahan yang kita lakukan ketika terjadi peradilan Allah terhadap seluruh makhluk Nya kelak di hari pembalasan. Hewan, air, pohon, langit, bumi, matahari, bulan dan lain sebagainya tidak akan ditanya di hadapan mahkamah Allah, siapa yang akan membelanya untuk menyelamatkan dirinya dari adzab Allah. Tetapi manusia, kita semuanya akan ditanya Allah, apa yang akan dapat menyelamatkan dirimu dari kobaran api neraka Ku? Katakanlah siapakah dia? Kemudian Allah akan cari pembela kita yang pertama. Kata Allah, “Apakah pengacaramu yang akan membela kesalahanmu mampu membebaskan dirimu dari dosa yang telah engkau perbuat selama engkau menempati alam, hamba Ku yang selalu patuh bertasbih?”
Tahukah engkau wahai sahabat-sahabatku, siapakah pengacara yang pertama kali akan diperiksa Allah kelak di mahkamah Nya yang Maha Adil? Sebelum Anda saya ajak untuk mengenal pengacara kita kelak di hadapan Allah, sejenak kita baca bersama satu do’a yang terkandung di dalam shalat yang setiap hari kita diperintahkan untuk mendirikannya. Yaitu: Inni wajahtu wajhiya lilladziy fatharas samaawaati wal ardli, haniifan musliman wamaa ana minal musyrikin. Innas shalaati wa nusuuki wa mahyaaya wama maati lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syarika lahu wa bidaalika umirtu wa ana minal muslimin. (Ya Allah, sesungguhnya aku hadapkan wajahku hanya kepada Tuhan yang meninggikan langit dan menghamparkan bumi, kami berserah diri dengan lurus dan sungguh kami bukanlah orang yang termasuk mensekutukan ENgkau. Karena sesungguhnya shalat yang kami dirikan, ibadah yang kami lakukan, hidup yang kami nikmati dan mati yang kami alami adalah hanya dan hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi Mua ya Allah, sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri sebagai muslim.)
Sekarang, Adakah terbersit satu gambaran tentang siapa yang akan jadi pengacara Anda kelak di hari peradilan Allah setelah membaca do’a ini? Nah, hayatilah dengan kejujuran sahabat-sahabatku semua. Kenapa perintah shalat bukan melaksanakan, tetapi malah dengan kalimat mendirikan. Seperti layaknya mendirikan sebuah bangunan? Sahabat-sahabatku semua, ternyata inilah maksud Allah yang memerintahkan kita dengan kalimat mendirikan shalat. Karena shalat kita kelak akan menjadi pengacara kita satu-satunya yang menjadi pembela utama di muka mahkamah agung Nya.
Pengacara, sebagaimana kita fahami di peradilan dunia ini adalah sosok seorang yang dapat melakukan pembelaan terhadap seorang terdakwa di muka hakim. Andaikata Anda dalam sebuah persidangan telah benar-benar terbukti bersalah dan hakim telah menjatuhkan vonis hukuman bagi Anda, dengan adanya seorang pengacara yang mendampingi Anda, maka Anda akan mendapatkan pembelaan, agar kesalahan itu dihapuskan. Atau minimal hakim mengurangi vonis hukumannya untuk Anda. Inilah fungsi seorang pengacara. Demikian pulalah yang terjadi di muka peradilan Allah kelak. Meskipun kita telah nyata-nyata sebagai hamba banyak melakukan kesalahan dan dosa semasa di dunia, jika pengacara yang mendampingi kita mampu melakukan pembelaan di hadapan Allah, maka vonis hukuman neraka bagi kita akan dihapuskan oleh Allah, hakim yang Maha Adil. Atau paling tidak Allah akan ringankan hukumannya.
Sahabatku, rupanya pengacara kita ternyata berwujud shalat. Sang pengacara kita di akhirat adalah shalat yang kita dirikan. Kelak, shalat akan mendampingi kita manakala Allah menghadapkan kita ke muka pengadilan Nya. Itulah kenapa perintah shalat lebih dengan kalimat ‘mendirikan’ dan bukan sekedar melaksanakan. Karena ternyata Allah berkehendak menciptakan dan mempersiapkan shalat sebagai mahluk Nya yang siap membela kita di hadapan Nya kelak. Bagaimana shalat akan melakukan pembelaan terhadap kita di hadapan Qadli Yang Maha Adil? Sahabat-sahabatku, kenalilah calon pengacara Anda. Kenalilah shalat Anda. Dirikanlah dengan kekokohan agar ia mampu berdiri tegar di hadapan Allah dan mengatakan bahwa kita adalah hamba Nya yang muslim dan senantiasa berserah diri dengan lurus kepadanya. Shalat yang kita dirikan dengan kehendak Allah, akan mengatakan, “Klien hamba ini telah membaguskan hamba dalam mendirikan. Dia adalah hamba yang berserah diri hanya kepada Mu. Dia tidak berusaha mensekutukan Engkau, meskipun sekali waktu dia melakukan kesalahan dan dosa, tetapi apa yang dilakukannya itu adalah karena kebodohannya saja, bukan sebuah kesengajaan. Karena itu, hamba mohon ampunilah kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya. Karena semua yang dia lakukan, shalatnya, ibadahnya, bahkan hidup dan matinya sebagaimana dia ungkapkan manakala mendirikan hamba, sesungguhnya hanya untuk Engkau, ya Allah.” Begitulah pembelaan shalat di hadapan Allah.
Dari sinilah, sahabat-sahabtku. Tampaknya kita harus berusaha mengenal dan membangun dirikan shalat kita agar menjadi pengacara yang handal. Pengacara akhirat yang akan dapat menyelamatkan kita dari hotel prodeonya Allah, penjara yang lebih dari sekedar kurungan. Bui tanpa batas waktu, bahkan siksaan tanpa mengenal kata selesai. Karena itu, kita mesti mempersiapkan pengacara akhirat kita dengan sungguh-sungguh dan matang. Tidak saja asal melakukan sahalat demi menggugurkan kewajiban semata.
Perhatikanlah, sahabat-sahabatku. Seperti halnya para koruptor yang telah terbukti bersalah terhadap Negara dengan mencaplok harta rakyatnya, ketika disidang di muka hakim, mereka tidak cukup didampingi dengan hanya seorang pengacara saja. Mereka rela menghabiskan puluhan juta bahkan ratusan juta, untuk membayar pengacaranya yang dipercaya dapat memutihkan kesalahannya, minimal dapat meringankan hukumannya. Pengacara itu jumlahnya kadang sampai puluhan dan menjadi sebuah team pembelanya di muka pengadilan. Setelah menerima bayaran yang tinggi, para pengacara itu kemudian berusaha habis-habisan untuk membela kliennya di muka hakim. Meskipun mereka tahu yang mereka bela adalah orang yang nyata-nyata bersalah. Tetapi karena mereka telah dibaguskan oleh kliennya, maka yang salah pun diupayakan di muka hakim supaya tidak terlihat salah. Dibuatlah berbagai macam alasan bahkan alibi untuk menghindarkan kliennya dari kesalahan.
Nah, seperti itulah kelah pengacara akhirat kita akan berjuang di hadapan Allah untuk membela agar Sang Maha Hakim memutihkan kesalahan kita. Karena itu, jika kita merasa menjadi hamba yang merasa memiliki dosa yang sedemikian besar terhadap Allah, sebagaimana halnya para koruptor yang bersedia membuat pengacara menjadi sebuah team, maka kita juga tentulah tidak cukup hanya dengan satu pengacara akhirat. Itulah sebabnya Allah sediakan shalat-shalat lainya selain shalat wajib. Ini dikandung maksud, siapa saja yang tidak hanya mendirikan shalat wajib, tetapi juga menambahnya dengan shalat-shalat lainnya yang bernilai sunnah, dluha, rowatib, tahajjud, tasbih, istikharah, hajat dan lain-lainnya, sesungguhnya ia tengah berusaha membuat sebuah team pengacara akhirat yang akan membelanya di muka pengadilan Allah.
Sahabat-sahabatku, dalam majlis ngaji batin ini, saya selalu ingin mengajak diri saya pribadi yang masih berlumur dosa, dan kepada engkau semua. Marilah kita kenali shalat kita. Kita bangun menjadi sebuah team pengacara yang handal di hadapan Allah, dengan membaguskannya tidak saja dengan niat untuk menggugurkan kewajiban sebagai muslim. Tetapi lebih karena kita butuh pembela di hadapan persidangan agung yang hakimnya Allah, seadil-adilnya hakim.

BATIN ADALAH LAUTAN
Sahabat-sahabatku yang semoga selalu mendapat lipahan rahmat Allah, salah satu dari khulafa’ur rasyidin yakni Sayyidina Abu Bakar Ash-shidiq ra. Pernah sekali waktu beliau memberikan tafsir tentang ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
ظَهَرَاْلفَسَادُفِي اْلبَرِّوَاْلبَحْرِ
Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan
Beliau sayyidina Abu Bakar berkata dalam hikmahnya: Albarru huwal lisaanu walbahru huwal qalbu, faidza fasadal lisaan bakat ‘alaihin nufus, waidza fasadal qalbu bakat ‘alaihil malaikat. (darat adalah lisan dan lautan adalah batin/qalbu. Apabila lisan telah rusak, maka akan ditangisi oleh jiwa. Dan apabila batin/qalbu rusak, maka akan ditangisi oleh para malaikat).
Sahabat-sahabatku, sekarang, saya ingin Anda membawa imajinasi Anda saat ini ke tengah lautan yang sangat luas. Anda berlayar dengan kapal pesiar bersama penumpang lainnya. Perahu yang Anda tumpangi, oleh karena badai besar telah tenggelam ke dasar lautan ditelan ombak ganas. Di sana, setelah perahu tenggelam, kita tak lagi dapat melihat mana tepi lautan untuk kita naik ke darat menyelamatkan diri. Sekeliling kita adalah hamparan air yang berombak besar, dan kita terapung-apung tanpa tahu arah di sana, kita berada hanya di atas selembar papan kayu yang kecil. Sementara di dalam air, kepiting laut tengah berebut menggerogoti papan kayu yang kita tumpangi. Bahkan sedikit demi sedikit hewan laut lainnya juga mulai menggerogoti kaki kita. Memakannya dan kita tak sanggup mengelak apalagi memberikan perlawanan. Yang sanggup dilakukan hanyalah menahan rasa sakit. Tidak jauh di depan Anda, puluhan ekor ikan hiu sedang berusaha mendekat dengan memperlihatkan gigi-giginya yang tajam siap untuk menelan Anda. Kecuali itu, di atas Anda burung-burung bangkai beterbangan sambil berebut mematuk kepala Anda. Sementara ombak lautan semakin lama semakin besar. Anda di ujung kematian yang sangat dekat. Sahabat-sahabatku, saya ingin tahu, apa yang akan Anda lakukan untuk menyelamatkan diri dari kematian di saat-saat seperti itu?
Berteriak minta tolong…? Ingat, Anda hanya sendirian. Bahkan jika ada orang lain pun mereka sedang dalam kondisi yang sama dengan kita, terapung-apung di atas selembar papan kecil yang digerogoti kepiting laut. Dan kaki mereka juga digerogoti ikan-ikan. Di depannya, ikan hiu jahat siap menerkam. Dan di atas kepala puluhan burung bangkai berebut mematuk kepalanya. Mungkin, rasanya tak ada apapun yang dapat kita lakukan selain kita pejamkan mata dan pasrah menerima kenyataan bahwa maut sedetik lagi akan merenggut kita. Menangis…? Tak ada gunanya lagi air mata dikucurkan. Menyesal menyeberangi laut? Juga tak ada artinya. Perjalanan hidup kita telah rusak, tinggal menunggu saat hewan laut menghabiskan daging di tubuh kita, membiarkan burung bangkai mematuki kepala kita dan ikan hiu jahat menelan habis tubuh kita. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Allahu akbar! Mungkin begitulah jeritan terakhir kita jika kita ingat bahwa kita akan kembali kepada yang punya lautan. Tetapi jika tidak, tak ada lagi kalimat yang bisa menyelamatkan kita. Padahal setelah peristiwa yang sangat menegangkan itu terjadi, pasti kita akan mengalami babak baru kehidupan kita yang tidak ada garis finishnya. Yaitu akhirat. Subhaanallaah, maha suci Engkau ya Allah. Kami berlindung dari akhir usia yang buruk bagi kehidupan kami, dan kami mohon berilah kami khusnul khatimah di akhir hayat kami, ya Allah. Berilah kami jalan menuju mardlatillah Mu.
Sahabat-sahabatku, Allah telah menegaskan di dalam firman Nya bahwa dlahaaral fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aedin naas (telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia sendiri). Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq ra. memberi tafsir tentang ayat ini bahwa daratan adalah lisan. Lisan kita sendiri. Lisan, ucapan adalah sesuatu yang sangat mudah untuk dilakukan. Jujur harus kita akui, sangat jarang bahkan nyaris tidak pernah kita menyampaikan rasa syukur kepada Allah atas nikmat lisan yang sangat berharga ini. Kita menganggapnya sesuatu yang remeh. Kemudian menggunakannya untuk mengucapkan kalimat-kalimat buruk yang justru dapat menghancurkan hidup kita sendiri. Kita menganggap lisan ini sebagai sesuatu yang sangat ringan. Sedemikian ringannya hingga kita tidak pernah ingat, betapa sulitnya ketika kita berusaha untuk dapat berkata-kata mengucapkan sebuah kalimat di saat masih dalam buaian ibunda kita. Padahal andaikata kita melihat seorang anak usia dua tahun yang kesulitan mengucapkan sepatah kata, kita akan sadar, begitulah dahulu kita adanya. Sangat sulit belajar bicara. Belajar untuk mengeja kalimat dengan sebuah perjuangan yang berat hingga kita berhasil dengan sukses. Dari situ kita akan sampai pada sebuah penyadaran bahwa kemampuan berbicara adalah nikmat yang besar dari Allah. Dan karena lisan ini sebagai nikmat yang besar, maka tentulah kita harus mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat besar bagi hidup dan kehidupan kita. Kita tidak mempergunakannya untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang pada akhirnya justru dapat menjungkir balikan kita pada posisi kesengsaraan.
Renungkanlah peringatan beliau junjungan kita Rasulullah SAW. Bahwa salaamatul insane fii hifdzil lisan (keselamatan manusia tergantung bagaimana ia menjaga lisannya). Saya, Anda, kita semuanya akan selamat dari dunia hingga kembali untuk menghadap Allah di alam keabadian, adalah berawal dari menjaga lisan kita sendiri. Menjaga lisan bermakna menghindarkan lisan kita dari mengucapkan kalimat-kalimat kotor yang dapat menimbulkan dosa dan kecelakaan bagi nilai hidup dan kehidupan kita. Setiap pembicaraan yang kita lakukan, setiap kalimat yang kita lontarkan, setiap kata yang kita ucapkan dan setiap huruf yang kita rangkai dengan lisan kita, hendaknya bernilai ibadah, bermuatan tasbih, berkekuatan takbir, dan berisi ruh suci tahlil dikrullah untuk meninggikan ke-Maha Besaran Allah Azza wa Jalla sebagai Dzat yang menganugerahkan lisan ini.
Jika kita senentiasa memberi muatan tasbih di dalam setiap pembicaraan yang kita lakukan, menyalurkan kekuatan takbir di tiap kalimat yang kita lontarkan, menghidupkan ruh tahlil di tiap huruf yang kita rangkai, sehingga setiap detik tak pernah lena dari dzikrullah, maka keselamatan hidup kita dari dunia sampai akhirat adalah menjadi sebuah keniscayaan. Menjadi kepastian yang akan kita peroleh. Karena setiap saat Allah akan curahkan pahala dan cahaya keselamatan pada kita. Hidup kita pun akan terasa semakin nikmat dan semakin rapi. Semakin tenang, damai dan terbebas dari malapetaka.
Tetapi jika saja kita mempergunakan lisan kita untuk membuat kerusakan di muka bumi ini seperti, dipergunakan untuk menggunjing orang lain, mencaci maki orang lain, mengutuk sesama atau mengutuk diri sendiri dengan sumpah serapah, menghinakan orang yang lebih rendah, memfitnah, mengadu domba orang lain, berdusta dan segala macam hal yang buruk, maka yang terjadi pada diri kita pun akan buruk dan sebuah kerusakan hidup. Jiwa kita akan gersang, tiada kedamaian dan semakin tidak tenang, kacau, seolah setiap orang berusaha memusuhi kita. Curiga, prasangka buruk, kebencian, permusuhan dan perpecahan akan selalu terjadi, yang pada gilirannya akan sampailah pada titik kulminasi terendah yaitu kerusakan dan kehancuran hidup dunia akhirat. Di sinilah kenapa Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan tafsir bahwa daratan adalah lisan kita. faidza fasadal lisaan bakat ‘alaihin nufus (jika lisan telah rusak maka akan ditangisi oleh jiwa. Batin kita akan sengsara manakala menghadap Allah. Dan kebengisan malaikat Malik yang menjaga neraka akan meluluh lantakan kehidupan abadi kita. Siksaan adalah hadiahnya buat kita yang tidak ada habis-habisnya. Na’udzu billah min dzaalika.
Sahabat-sahabatku, lautan adalah qalbu kita, batin kita. Sejatinya di dalam batin kita tersimpan cahaya Ilahiyah yang penuh kebaikan. Kebaikan yang akan dapat membawa kita pada keselamatan hidup dari dunia hingga akhirat dan menghadap Allah dengan suka cita. Namun, jika lisan kita saja sudah rusak, bagaimana mungkin batin kita akan jernih dan bias selamat? Kerusakan lisan akan berdampak pada kerusakan batin. Batin kita akan merana karena kerusakan lisan kita yang parah. Kondisi batin kita akhirnya ibarat kita di tengah lautan hanya berada di atas papan kecil, di dalam air kaki kita digerogoti ikan, kepala kita dipatuki burung bangkai, dan di depan kita ikan hiu siap melumat kita. Begitulah gambarannya. Batin yang seharusnya kembali menghadap Allah dalam keadaan fitrah, suci, tetapi harus kembali kepada Nya dalam keadaan rusak parah. Semua karena lisan yang dirusak oleh si pemiliknya, si manusia yang mengumbar lisan tanpa sadar, bahwa selamat atau celakanya dia adalah karena bagaimana dia menjaga lisannya. Dan jika qalbu, batin kita kembali kepada Allah dengan satu kerusakan yang diawali dari lisan, maka para malaikat akan menangis. Mereka akan berkata, “Kasihan sekali wahai kalian manusia. Allah sudah anugerahkan lisan untuk kalian, agar kalian memuji Allah dan beribadah kepada Nya, tetapi kalian pergunakan untuk keburukan dan kejahatan. Akhirnya qalbu kalian, batin kalian pun harus kembali kepada Allah dengan penuh kesengsaraan. Kalian harus merasakan pedihnya siksa yang diciptakan dengan lisan kalian sendiri dari kehidupan dunia, siksa yang tidak ada putusnya, wahai, celakalah kalian.”
Nah, Sahabat-sahabatku, pernahkah sekali waktu kita sadari, bahwa setiap getaran batin, setiap lintasan pikiran, dan setiap huruf yang kita rangkai menjadi kalimat dengan lisan kita, adalah tanggung jawab dan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Dzat yang menganugerahkan lisan ini? Semakin banyak kita mempergunakan lisan untuk suatu keburukan, maka akan semakin berat pertanggung jawaban yang harus kita hadapi kelak manakala berjumpa dengan Allah. Ketahuilah, berbicara dengan lisan untuk ibadah kepada Allah adalah lebih baik jika diam kita adalah justru bernilai keburukan. Tetapi diam akan menjadi lebih baik dan menyelamatkan, jika ternyata berkata-kata dengan lisan justru akan menimbulkan keburukan. Keburukan akibat lisan akan menjadi panjang ceritanya dan akan berat pertanggung jawabannya serta hukuman yang harus diterima.

tausiyah

BADAN ADALAH ALAM SEMESTA
Sahabatku, pernahkan Anda sekali waktu melakukan satu perenungan terhadap wujud badan fisik Anda sendiri. Bagaimana rambut Anda ditumbuhkan? Bagaimana gigi Anda dikeraskan, tangan Anda yang dikuatkan, kaki Anda yang dikokohkan, kepala dan wajah Anda yang diindahkan, hidung yang dilubangi, mata yang dijernihkan, mulut yang dilembutkan, telinga yang disensitifkan terhadap segala macam bunyi, keringat yang dikeluarkan dari pori-pori, dan seluruh bagian tubuh Anda yang lainnya, yang kesemuanya itu dikuatkan dengan tulang-tulang. Dan pernah sekali waktu pula Anda melihat seluruh isi alam semesta ini? Gunung-gunung yang menjulang tinggi, langit yang diatapkan, bumi yang dihamparkan, air sungai yang dialirkan, matahari yang disinarkan, bintang-bintang dan bulan yang dicahayakan, pohon-pohon yang ditumbuhkan dan lain sebagainya.
Sahabat-sahabatku, sekarang saya ingin Anda melakukan suatu visualisasi, bahwa Anda saat ini sedang berada di tengah sebuah hutan belantara. Di kanan kiri Anda adalah pohon-pohon besar. Di bawah kaki Anda, sungai mengalirkan airnya yang jernih. Nun jauh di hadapan Anda, gunung berdiri menjulang tinggi. Di atas kepala Anda matahari bersinar cerah dengan sinarnya yang keemasan dan langit membentang luas. Sementara di bawah pohon tumbuh berbagai macam jenis tumbuhan. Beragam jenis burung berkicau dengan merdu. Indah dan damai sekali bukan? Apakah yang hendak Anda katakan ketika Anda berada di tengah alam yang sedemikian tertata apik sekali.
Sahabatku, sekarang renungkanlah! Wujud fisik Anda, adakah kesamaan dengan alam yang saat ini Anda diami…..? fahamilah dengan satu perasaan syukur dan memuji keagungan Dzat Yang Maha Menciptakan. Jika Anda melakukan satu tadabbur terhadap alam raya saat ini, maka akan diperoleh satu hal yang sangat luar biasa. Bahwa wujud fisik kita ini sejatinya sama dengan penataan jagat semesta yang kita diami.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali menguraikan di dalam Mukhtasyar Ihya Ulumiddin. Bahwa tubuhmu adalah bumi. Bola matamu ibarat matahari bagi bumimu yang memberikan penerang untuk bisa melihat. Aliran darah di tubuhmu ibarat sungai-sungai yang mengalir di atas bumimu untuk menumbuhkan berbagai macam tumbuhan. Dan berbagai jenis rambut adalah tumbuhannya. Keringat yang keluar dari pori-porimu ibarat lautan. Tulang belulangmu bagaikan gunung dan pepohonan yang menguatkan bumimu. Dan kulit adalah langit bagi bumimu yang melingkupi semesta raya. Suara-suara yang dapat engkau ciptakan adalah hiasan alam seperti kicau burung yang merdu bagi alam.
Namun perhatikanlah alam raya ini. Jika gunung telah dibongkar demi kepentingan satu generasi dengan melakukan berbagai macam eksploitasi. Hutan ditebang demi menumpuk kekayaan materi. Bumi menjadi gersang. Pohon-pohon mengering. Sungai tak lagi mengalirkan air. Burung-burung dan berbagai macam jenis hewan punah. Maka itu berarti kita telah membunuh alam dan mengundang datangnya hari kiamat. Dan jika pohon telah roboh, gunung telah rata, sungai tak lagi mengalir, sesungguhnya itu semua bisa terjadi dalam diri manusia. Tulang-tulang yang keropos adalah sama dengan pohon yang ditebang dan gunung yang diratakan, sungai yang berhenti mengalir adalah darah yang tersumbat.. Keringat yang tak lagi keluar adalah lautan yang kering. Mata yang rabun adalah matahari yang redup. Maka bumimu pasti akan mengalami keguncangan. Keguncangan yang sangat hebat oleh suatu gempa sehingga pada akhirnya bumimu akan rata sepenuhnya. Hancur berkeping-keping oleh suatu goncangan yang sangat dahsyat. Itulah kiamat. Saya, Anda, kita semuanya akan mengalami hari kiamat kita masing-masing.
Sahabat-sahabatku, jika alam raya yang sedemikian luas ini bisa saja mengalami keguncangan dan kehancuran akibat ulah tangan-tangan manusia yang hanya mementingkan kepentingan duniawi semata, yang tidak peduli dengan kalimat menjaga kelestarian alam ini untuk generasi yang akan datang, maka badan kita bisa saja mengalaminya. Jika kita mengeksploitasi badan kita hanya untuk kepentingan duniawi tanpa mempedulikan kepentingan akhirat, itu sama saja dengan mempercepat datangnya kiamat. Karena kita akan mencapai titik kelemahan yang parah, tenaga kita habis terkuras, tulang kita akan semakin keropos, dan pada saat itulah alam dari badan fisik kita akan diguncangkan dan diratakan dengan suatu guncangan dahsyat bernama sakaratul maut.
Camkanlah, wahai sahabat-sahabatku! Kita benar-benar harus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta ini. Kita juga pasti akan bertanggung jawab terhadap keutuhan alam raya pada badan kita ini, yang seharusnya didaya gunakan untuk kemaslahatan hidup jangka panjang dan abadi. Janganlah engkau semuanya rakus terhadap alam. Janganlah rakus terhadap badan sendiri. Seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhannya, yang terus mengeksploitir alam demi kepentingan sesaat. Mereke akan menyesal di kemudian hari. Kita pun akan menyesal. Jika saja kita mengeksploitiasi badan fisik kita ini hanya untuk kepentingan sesaat. Berikanlah hak dari setiap anggauta badan kita untuk melakukan amal kebaikan. Mata kita berikan haknya untuk memandang dan membaca serta menelaah mushaf Al-Qur’an. Mulut kita,berikan haknya untuk berdzikir dan mengaji serta mengkaji ayat-ayat Nya. Telinga kita, berikan haknya untuk mendengarkan nasehat kebaikan. Tangan kita, berikan haknya untuk mengulurkan kebaikan. Kaki kita, berikan haknya untuk melangkah menuju pahala. Janganlah kita memaksa anggauta badan kita hanya untuk menumpuk-numpuk materi yang semu dan mengumpulkan poin-point kemaksiatan kepada Allah. Janganlah buat tulang-tulang kita keropos oleh suatu amal kemubadziran yang akan membawa pada kehancuran dunia dan akhirat. Karena lima persoalan akan datang dengan pasti terhadap diri kita. Sakit, susah, sempit, miskin dan mati.
Janganlah engkau sakit karena lelah mengejar dan menumpuk harta dunia, tetapi sakitlah engkau karena mengejar ridla Allah Azza wa Jalla. Janganlah engkau susah hanya karena kehilangan kesempatan mengumpulkan point kemaksiatan, tetapi merasa susahlah engkau karena ketinggalan amal kebaikan. Janganlah engkau merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, tetapi merasa sempitlah engkau karena umurmu terlalu pendek untuk melakukan ibadah kepada Allah. Janganlah engkau merasa miskin harta, tetapi merasa miskinlah engkau karena sedikitnya pahala yang dapat engkau kumpulkan. Dan janganlah engkau mati karena mengejar dunia kecuali mati dengan khusnul khatimah.
Sahabat-sahabatku, sakit karena lelah mengupulkan harta dunia tetapi lupa akhirat adalah kehinaan. Susah karena kehilangan kesempatan melakukan perbuatan maksiat adalah nista. Merasa sempit karena tidak mendapatkan kedudukan dan kekuasaan adalah kerendahan harga diri. Merasa miskin harta tapi tak merasa miskin amal kebaikan adalah musibah. Dan mati karena mengejar dunia adalah kebangkrutan selama-lamanya. Pergunakanlah anggauta badanmu untuk melakukan amal kebajikan yang akan mengantarkan kita pada keabadian yang bahagia. Jadikan mata kita sebagai matahari tauhid untuk melakukan segala amal kebaikan. Jadikan tangan kita, kaki kita untuk melakukan perbuatan mulia hingga kita tidak terjerembab ke dalam penyesalan. Perhatikanlah dan renungkanlah apa yang disampaikan oleh Syeikh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaelaniy dalam satu hikmahnya:
لاَتَكُنْ فِيْ اَخْذِكَ الدُّنْياَ كَحاَطِبِ اللَّيْلِ، ماَتَدْرِيْ ماَيَقَعُ بِيَدِكَ، عَلَيْكَ بِاْلاِحْتِطاَبِ نَهاَراً فَاِنَّ ضَوْءَ الشَّمْسِ يَمْنَعُكَ اَنْ تَأخُذَماَيَضُرُّكَ، كُنْ فِيْ تَصَرُّفَاتِكَ مَعَ شَمْسِ التَّوْحِيْدِوَالشَّرْعِ وَالتَّقْوَى، فَاِنَّ هَذِهِ الشَّمْسَ تَمْنَعُكَ عَنِ اْلوُقُوْعِ فِيْ شَبَكَةِ الْهَوَى وَالنَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ
“Janganlah di waktu mengambil (mencari) dunia engkau berbuat seperti pencari kayu di hutan pada waktu malam hari. Engkau tidak tahu apa yang disentuh oleh tanganmu. Hendaklah engkau mencari kayu di siang hari, karena sinar matahari mencegahmu untuk mengambil sesuatu yang membahayakanmu. Hendaklah dalam perbuatan-perbuatanmu engkau selalu menyertainya dengan matahari tauhid, syara dan ketaqwaan. Karena matahari ini mencegahmu dari terjerumus dalam perangkap hawa nafsu dan syaitan.”

Nah, sahabat-sahabatku, dalam majlis ngaji batin ini, demi Dzat yang jiwaku ada dalam Genggaman Nya, sungguh saya sama sekali tidak ingin dan tidaklah pantas untuk menggurui Anda semuanya. Yang saya lakukan adalah upaya habis-habisan untuk melecut diri saya sendiri agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang akhirnya justru menghancurkan harapan kehidupan yang lebih baik yang dapat saya peroleh di kehidupan abadi saya. Demikian pula Anda. Seyogyanya Anda harus jadi penuntun kebaikan bagi nilai hidup Anda sendiri. Agar harapan kebaikan di dalam alam keabadian akan betul-betul kita peroleh bersama. Marilah kita bersama untuk mendaya gunakan alam badan ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah kita menjadi bagian dari orang-orang yang menyesal karena melupakan sisi kehidupan akhirat. Cepat atau lambat, umur kita akan segera menemui titik terakhir dari kehidupan dunia ini. Jadikanlah sakaratul maut kita dipenuhi dengan wewangian dan kelembutan syurgawi. Dan janganlah kita buat sakaratul maut kita penuh dengan guncangan yang dahsyat dan mencelakakan.

Kamis, 09 Juni 2011

Rahasia Hikmah di Balik Nama Nabi dan Rasul


Tema Tausiyah:
RAHASIA HIKMAH DI BALIK NAMA-NAMA NABI DAN RASUL

Oleh : Bahril Ulum, Aqs.

Setiap sesuatu ada hikmahnya. Kalimat ini adalah kalimat yang sering kita dengar dari siapa saja manakala terjadi sesuatu peristiwa. Apakah hikmah itu? Hikmah adalah sebuah kata yang sesungguhnya memiliki makna sangat luas apabila dilakukan pengkajian lebih mendalam. Hikmah merupakan sebuah ujaran yang akan menimbulkan kita menjadi bersikap bijak dan dapat membawa kalbu kita pada kawasan sabar dan ikhlas, manakala kita mendengarnya. Hikmah laksana butiran mutiara dan siraman cahaya kesejukan yang akan menenteramkan kita menuju keridlan Allah. Hikmah adalah sesuatu yang sangat diharapkan oleh kita, disadari atau tidak, ketika kita sedang berhadapan dengan sesuatu persoalan hidup di kehidupan ini.
Jika demikian adanya, maka kata “Al-Hikmah” merupakan sebuah kekuatan Ilahiyah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Ia dapat kita temukan di segala sudut kehidupan. Di dalam persoalan rumah tangga, bisnis, permusuhan, kekacauan, bentrokan, bencana, nasib orang lain, musibah yang menimpa diri kita atau orang lain, dan sebagainya. Hikmah dapat pula kita peroleh di setiap gerakan shalat kita, di takbir kita, di dalam sujud kita, di dalam takhyat kita dan di setiap amal peribadahan yang kita lakukan. Pendeknya hikmah merupakan sebuah rahasia yang dapat kita temukan dan kita ambil sebagai i’tibar atau pelajaran untuk hidup kita di segala sesuatu, entah itu terlihat buruk atau baik. Karena hikmah tidak saja kita temukan dari satu peristiwa, tetapi hikmah dapat pula kita temukan pada nama-nama segala sesuatu di ala mini, benda atau hewan dan juga nama-nama kita sendiri sebagai manusia dan hamba Allah. Termasuk di dalamnya adalah nama-nama Nabi dan Rasul Allah.
Pada nama-nama Nabi dan Rasul pastilah ada rahasia hikmah yang terkandung di dalamnya. Siapakah yang memberikan nama terhadap 25 Nabi dan Rasul yang wajib kita kenal. Kenapa manusia pertama yang diciptakan serta nabi yang pertama diutus diberi nama “ADAM” dan nabi terakhir dengan nama “MUHAMMAD”? Siapakah sesungguhnya yang memberikan nama-nama Nabi dan Rasul itu? Hikmah apakah yang dapat kita temukan dari nama-nama Nabi dan Rasul tersebut?
Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, apabila kita lakukan pengkajian maka kesimpulan yang akan didapat menjadi suatu hikmah yang dalam maknanya bagi perjalanan hidup kita sebagai hamba Tuhan. Karena jelas, tidak ada sesuatu di jagad semesta ini yang tidak memiliki aturan. Maka tentulah penetapan nama-nama Nabi dan Rasul itu merupakan sebuah scenario Allah SWT. Yang di dalamnya terkandung suatu rahasia yang merupakan pesan bagi kita sebagai umat nabi.
Nah, jika kita menukil satu penggalan ayat dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah, bahwa “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan sesungguhnya segala sesuatu akan kembali kepada Allah), maka kita akan sepakat, bahwa nama-nama Nabi dan Rasul, dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad adalah langsung dari Allah. Allah yang memberikan nama-nama itu. Bahkan termasuk nama-nama kita sendiri. Pertanyaannya sekarang; kenapa  Allah memberikan nama pada manusia pertama Nya dan Rasul awal itu dengan nama “ADAM” sedangkan Nabi dan Rasul terakhir Nya dengan nama “MUHAMMAD”?
Nama ADAM jika dilihat dari huruf arab memiliki 3 huruf, yakni ‘alif’, ‘dal’ dan ‘mim’. Ketiga huruf ini jika kita lakukan pengkajian merupakan suatu peringatan dari Allah yang telah digariskan sebagai scenario bagi tujuan hidup manusia di dunia ini. Apakah peringatannya? Huruf ‘alif’ memiliki siratan sebagai kata sandi dari lafadz “Allah”. Artinya bahwa Allahlah yang menciptakan makhluk Nya bernama al-insan. Adam alaihi salam di tempatkan di jannah Nya yang sangat indah tiada tara. Kemudian Adam diskenario oleh Allah untuk keluar dari syurga. Ia diturunkan ke dunia sebagai cikal kehidupan manusia hingga hari kiamat. “Dunia”, lafadz ini adalah siratan kata sandi dari huruf kedua dari nama ADAM yakni huruf ‘dal’. Sedanngkan huruf ketiga dari nama Adam adalah huruf ‘mim’. Huruf ini mengandung makna sebagai kata sandi dari lafadz “Munajat” yang berarti ibadah menyembah kepada Allah.
Bersandar dari kata sandi atau kata rahasia yang terkandung di dalam ketiga huruf dari nama Nabi ADAM, kita akan dapat mengambil hikmah, bahwa sesungguhnya manusia berasal dari Allah, diturunkan di dunia ini untuk suatu tujuan yakni bermunajat atau beribadah hanya kepada Allah. Peringatan ini sangat jelas tersurat di dalam Al-Qur’an bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Nya saja.
وَماَ خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku.”

Ibadah adalah sebuah pekerjaan suci. Yang harus dilakukan setiap manusia sebagai hamba Allah di dunia ini. Kenapa ibadah harus menjadi bagian dari rutinitas kita sehari-hari, adalah karena kita akan kembali kepadanya. Kita akan meninggalkan dunia ini dan akan kembali kepada Allah. Maka manakala kita kembali kita harus membawa hasil atas hidup kita di dunia ini. Karena dunia adalah ladang bercocok tanam peribadahan yang kelak akan kita panen di alam kelanggengan.
Setelah kita memahami rahasia hikmah di balik nama Nabi ADAM, maka tentulah sebagai hamba Allah, kita harus menyadari untuk apa dan kenapa kita hidup di dunia ini. Dan selanjutnya pertanyaan yang akan muncul adalah; bagaimana dan dengan apa kita beribadah kepada Allah.
Jawaban dari pertanyaan ini terdapat dalam nama Nabi MUHAMMAD. yang merupakan panduan bagi kita untuk beribadah kepada Nya. Kita lihat, nama Muhammad terdiri dari 4 huruf yakni huruf  ‘mim’, ‘ha’, ‘mim’, dan huruf ‘dal’. Empat huruf yang apabila kita perhatikan sebagai sebagai sebuah isyarat keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Huruf ‘mim’ yang pertama sebagai kata sandi dari lafadz “Munajat”. Artinya bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, ikutilah apa saja yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw. sebagai nabi pamungkas dari seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah. Untuk apa bermunajat kepada Allah dengan mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasul Muhammad? Penjelasannya adalah terdapat dalam huruf ‘ha’ yang merupakan kata sandi dari lafadz “Haafidzun” (menjaga). Artinya, bahwa syariat atau aturan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk kita sebagai ummatnya adalah bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan dunia agar tidak porak poranda. Dan kenapa kita mesti mengikuti syariat Nabi Muhammad adalah karena beliau merupakan kunci pembuka dari segala persoalan dunia dan akhirat. Hal ini dapat kita gali dari dua huruf setelah huruf ‘mim’ dan huruf ‘ha’, yakni huruf ‘mim’ kedua dan huruf ‘dal’. Huruf ‘mim’ menjadi kata sandi dari lafadz “Miftahun” (kunci pembuka) dan huruf ‘dal’ merupakan kata sandi dari lafadz “Dunya wa Diin”.
Begitulah siratan rahasia yang dapat kita simpulkan dari nama Nabi Adam dan Nabi Muhammad. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dan dihidupkan di dunia ini adalah untuk beribadah. Dengan mengikuti ajaran-ajaran syariat yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai kunci pembuka segala urusan dunia dan akhirat.

Sabtu, 04 Juni 2011

Makna Batin


MAKNA BATIN
Sahabat-sahabatku, Allah Rabbul Jaliil adalah Dzat Yang Maha Baathiin. Yang keberadaannya di dunia ini tak bisa disentuh dengan tangan atau disaksikan dengan dua mata kita. Tetapi meski demikian, kaca mata iman seorang muslim memberikan keyakinan bahwa sejatinya Allah adalah Dzat yang pasti maujud adanya. Dialah Allah, Dzat yang telah menciptakan mahluk bernama manusia. Al-insan sebagai makhluk yang dibekali kesempurnaan dengan sesuatu yang abstrak berwujud batin. Manusia adalah mahluk yang memiliki dua sisi berbeda. Sisi pertama adalah jasmani atau lahiriah. Lahiriah manusia ini sangat jelas dapat kita ketahui dengan segala indera kita seperti indera penciuman, perasa, penglihatan dan juga pendengaran. Ia adalah wujud yang konkrit, yang jelas di hadapan kita. Secara alamiah manusia mengalami perkembangan fisik seizin Allah dari bayi, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa dan pada akhirnya akan menjadi tua renta dan tak memiliki daya apapun saja. Tulang-tulangnya keropos, kulitnya keriput, kecerdasannya berkurang, pendengarannya kabur, penglihatannya samar, tenaganya lemah. Akhirnya, jasad yang semula memiliki kekuatan dan segala macam bentuk kejayaan, ketampanan, kecantikan, keindahan dan lain sebaginya, mau tidak mau, rela atau tidak rela, suka atau tidak suka harus kembali kepada tanah dan hancur menjadi santapan makhluk-makhluk tanah seperti cacing, belatung, ngengat, bakteri dan lain sebagainya. Begitulah nasib badan jasmani manusia yang sangat jelas keberadaannya.
Sahabat-sahabatku, sisi kedua yang diciptakan Allah untuk manusia setelah jasmani adalah batin. Batin inilah sesungguhnya yang menjadi hakikat wujudnya makhluk bernama al-insan atau manusia. Batin adalah jiwa. Batin adalah ruh kehidupan jasmani. Sebelum adanya wujud fisik kita diciptakan Allah di dalam rahim ibunda kita, ketahuilah wahai sahabat-sahabatku, wujud kita yang sejati dalam bentuk “batin” atau ruh telah lebih dulu diciptakan Allah. Laahaula walaaquwwata illa billaah. Dan ketahuilah, sejatinya  Ruh manusia memiliki nilai kekekalan. Ia tidak akan hancur sebagaimana halnya jasmani. Ia diciptakan Allah untuk kekal. Tidak seperti badan wadag kita yang akan hancur dimakan tanah, keberadaan batin tidak akan mengalami kehancuran. Eksistensi batin adalah kebalikan dari eksistensi badan wadag lahiriah. Jika badan wadag lahiriah kita semakin bertambah umur akan semakin menurun kualitasnya, tidak demikian halnya dengan batin.
Batin, semakin bertambah usia akan semakin baik jika kita mengolahnya dengan baik sesuai tuntunan yang memiliki batin ini dan tentunya akan semakin bertambah kuat. Mengapa demikian? Sahabat-sahabatku, pahamilah! Allah memiliki asma’ul husna. Satu di antaranya adalah “Al-Baathinu” artinya Yang Maha Ghaib. Asma ini memiliki empat huruf yakni huruf ba’, alif, tha’ dan huruf nuun.
Huruf ba’ dan alif adalah baabullah wa bashiirullah. Pintu menuju Allah dan tempat Allah memandang makhluk Nya yang bernama al-insan ini. Baabullah mengandung makna pintu menuju Allah. Apakah wujudnya pintu itu? Taqwa. Inilah pintu menuju Allah. Taqwa tidak terletak di tangan yang terampil, tidak di kepala yang berwibawa, tidak di lidah yang fasih berbahasa, tidak di mata yang jernih, tidak di wajah yang tampan atau cantik, tidak pula di kaki yang kokoh atau di sekujur badan wadag lahiriah yang sempurna. Tidak di sana. Tetapi sadarilah, taqwa terletak di batin kita. Perbuatan kita, perkataan kita, tingkah laku kita adalah bias dari cermin batin. Jika kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, niscaya badan wadag lahiriah kita pun akan mengikutinya. Dan jika batin kita penuh dengan maksiat kepada Allah dan jauh dari nilai taqwa, Anda pasti bisa menduga apa yang akan dilakukan anggauta badan wadag lahiriah. Tentu akan melakukan banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan dan lebih suka melanggar fitrahnya sebagai hamba.
 Tindakan amoral yang mengumbar nafsu syahwat, keserakahan, kesewenang-wenangan, takabur, sombong, ujub, iri hati, dengki, dzalim dan segala macam tindakan nista adalah cermin batin yang jauh dari cahaya taqwallah. Melalui batin inilah seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah dengan taqwanya. Semakin dia bertaqwa, semakin tinggi derajatnya, baik di kalangan manusia atau di hadapan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, semakin jauh seseorang dari taqwallah, maka akan semakin rendah derajatnya di kalangan manusia, terlebih lagi di hadapan Allah. Saya yakin, Anda tetntu tidak akan menganggap seorang pezina bermartabat mulia. Koruptor juga tak mungkin akan Anda kagumi. Perampok, pencuri biasa atau pencuri harta Negara, pendusta, penipu, pelacur, germo, penjudi dan profesi syetan apapun, tidak mungkin akan mendapat tempat terhormat di tengah masyarakat. Ini bukti, bahwa jika seseorang jauh dari cahaya taqwa, maka ia akan rendah derajatnya di tengah manusia, apalagi di hadapan Allah. Beda jauh dengan orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan taqwanya. Ia akan mendapatkan penghormatan sebagai hamba yang shaleh, dihormati manusia dan juga dimuliakan Allah. Allah kemudian memudahkan segala macam urusannya, kehidupannya, rizkinya alhir dan batin, semua urusannya baik urusan duniawinya ataupun urusan ukhrowinya. Subhanallah, kondisi para muttaqiin ini akan terus bertambah baik dan sempurna semakin ia meningkatkan ketaqwaannya. Hingga jika terdapat persoalan dalam hidupnya, maka Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya dan Dia Allah juga akan memberikan rizki yang luas dari arah yang tidak mereka sangka dan duga kedatangannya. Perhatikanlah firman Allah ini:
وَمَنْ يَّتَّقِ الله َيَجْعَلْ لَهُ مَحْرَجاً، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَصِبُ، وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَحَسْبُهُ، اِنَّ اللهَ باَلِغُ اَمْرِهِ، قَدْجَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْئٍ قَدْرًا
 Kita sandingkan para muttaqiin ini dengan orang yang enggan menuju Allah. Para muttaqiin ini jelas sangat kontras sekali dengan mereka yang menjauhkan diri dari cahaya taqwallah. Mereka yang  membiarkan batinnya kosong tanpa siraman ketaqwaan setiap saat. Detik-detik jantungnya dari badan wadag lahiriah mereka hanya dipenuhi kemubadziran demi kemubadziran yang semakin hari semakin menumpukkan dosa. Karenanya, hidup mereka tidak akan bahagia. Rumah tangga mereka tidak akan harmonis. Rezeki mereka tidak akan barokah. Batin mereka tidak akan tenang, selalu gersang dan hampa, mereka kemudian mencari ketenangan dan kebahagiaan melalui pintu-pintu dosa, seperti mabuk, judi, zina dan lain sebagainya. Mereka kira di sana akan ditemukan ketenangan. Tetapi yakinlah, mereka tidak akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati.
Sahabat-sahabatku, inilah batin sebagai pintu menuju Allah, baabullaah. Kemudian Bashiirulaah bermakna pandangan atau tempat Allah memandang makhluk Nya. Demi sesungguhnya, Allah tidaklah memandang makhluk Nya dari bentuk fisik ataupun harta kekayaannya. Biarpun wajah Anda cantik, tampan, punya nilai jual sebagai artis senetron, punya tampang pejabat tinggi, punya potongan pegawai kantoran atau pegawai negeri, atau punya tampang apapun saja. Sungguh, Allah tidak akan memandang bentuk tubuh dan rupa wajah hamba Nya. Tetapi yang Allah lihat adalah taqwanya. Taqwa yang letaknya tidak di diwajah atau di bentuk fisik. Taqwa yang muaranya ada pada batin. Maha benar Allah yang berfirman, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu sekalian. Nah, di hadapan Allah, ketampanan, kecantikan, kekayaan sama sekali tiada berarti. Yang dipandang hanya batin yang di dalamnya tersimpan taqwa. Batin  inilah seabagai titik pandang Allah terhadap hamba Nya untuk mengetahui siapakah yang lebih baik nilai ketaqwaannya di antara kita.
Huruf berikutnya setelah ba’ dan alif adalah tha’ dan nuun. Dua huruf ini memberikan penjelasan tentang thaharullaah wa nuurullaah. Tempat Allah mensucikan manusia dan mengangkat derajatnya serta titik Allah memberikan cahaya Nya. Thaharullah adalah af’al atau perbuatan Allah yang Menghendaki manusia dibersihkan citra kemanusiaannya dari segala macam kotoran gaib seperti dosa. Perbuatan Allah secara umum ini akan terjadi bergantung pada perbuatan manusianya sendiri. Jika kita berusaha untuk membersihkan batin kita dari segala macam debu dosa yang terlanjur kita perbuat, maka af’al Allah pasti akan terjadi. Allah akan bersihkan jiwa kita dari debu-debu dosa yang akan membuat kita terpelanting dalam jurang kenistaan neraka. Hingga kemudian kita menjadi pribadi-pribadi yang bersih dan suci untuk kembali kepada penciptanya, Allah Qadli Rabbul Jaliil. Sebailknya, jika kita membiarkan batin kita terus terkontaminasi oleh virus dosa, maka af’al Allah untuk mensucikan diri kita pun tidak akan terjadi. Dia akan membiarkan kita menjadi penghuni areal kesengsaraan an-naar.
Nah, manakala Anda terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan pendekatan taqwa yang sesungguh-sungguhnya, maka thaharullaah akan terjadi. Melalui batin Anda Allah akan angkat derajat Anda pada level hamba yang disucikan oleh Nya. Pada saat itulah, kemudian Allah pancarkan cahaya Nya yang teramat agung ke dalam batin Anda. Inilah anugerah terbesar bagi hamba yang menggunakan batinnya sebagai baabullah, pintu menuju Allah. Sehingga thaharullah akan terjadi dan di sini pulalah nurullah akan diperoleh.
Ketika nuur Allah telah didapat, maka seluruh yang menyertai kehidupan si hamba akan nampak bersinar terang. Wajahnya adalah cahaya Allah, akhlaknya adalah akhlakullah, kata-katanya menjadi hikmah, hidupnya menjadi mutiara yang selalu dicari manusia. Pendeknya, segala sesuatu yang menyertainya senantiasa bercahaya Allah. Subhanallah wallahu akbar. Luar biasa.
Nah, lewat ngaji batin ini, saya ingin mengajak diri saya pribadi dan sahabat semuanya, saat inilah kita harus segera memulai menata batin kita, mengkaji batin untuk menjadi pintu menuju Allah agar Allah bersihkan batin kita dan memancarkan cahaya Nya hingga kita berjumpa dengan Allah Yang Maha Cahaya.

Kamis, 02 Juni 2011

MAJLIS PELATIHAN ILMU METAFISIKA








MAJLIS PELATIHAN ILMU METAFISIKA



( MAJLATIKA )





Dewasa ini, fenomena ilmu-ilmu supranatural (metafisika/gaib) menjadi satu hal yang banyak menjadi perbincangan dan diminati beragam kalangan, dari anak muda hingga dewasa dan orang tua. Mereka berusaha untuk mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu spiritual itu dengan berbagai alasan dan tujuannya masing-masing.
Sayangnya, mereka yang berkeinginan mempelajari ilmu-ilmu adi kodrati itu tidak mau melakukan laku batin atau ritual yang seharusnya menjadi prasyarat untuk menguasainya. Tidak seperti orang-orang di zaman dahulu yang berani melakukan berbagai macam ‘tata laku batin’ untuk memiliki satu macam ilmu.
Zaman dahulu, untuk menguasai satu macam ilmu saja, seseorang harus melakukan berbagai macam ritual seperti, puasa mutih (makan hanya nasi dan air putih saja), puasa ngalong (makannya hanya buah-buahan saja), wirid panjang, ngebleng, pati geni (tidak makan tidak minum dan tidak tidur), tapa brata dan lain sebagainya. Tetapi sekarang…, mereka yang gemar mencari ilmu-ilmu metafisika lebih cenderung untuk belajar secara cepat alias instant. Mereka enggan untuk melakukan laku batin yang berat dan menyita banyak waktu. Harapan mereka dalam waktu sangat singkat, segala macam ilmu metafisika yang diinginkan bisa mereka kuasai.
Nah, dari kenyataan yang ada itulah, maka Pondok Laku Batin ALWAHA Buniwah Krajan, Bojong, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia, membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menguasai ilmu-ilmu metafisika secara instant. Insya Allah, dengan mengikuti kuliah singkat dalam Majlis Pelatihan Ilmu Metafisika (Majlatika), siapapun Anda, apapun suku Anda, bahkan apapun agama Anda, dapat menguasai ilmu-ilmu yang kami ajarkan. Anda tidak perlu melakukan laku batin yang memberatkan Anda dan menyita banyak waktu. Anda bisa langsung mempergunakan ilmu-ilmu yang kami turunkan kepada Anda secara langsung.  Majlis Pelatihan Ilmu Metafisika (Majlatika) kami sediakan dalam 3 tingkatan:
1.      Majlatika Tingkat Satu. Meliputi 9 macam ilmu, diantaranya :
a.      Ilmu penyembuhan tenaga dalam prana,
b.      Hidayatul ghoib (indera keenam),
c.      Silat gaib (silat tanpa belajar),
d.      Pukulan kontak (lawan jatuh tanpa disentuh),
e.      Ilmu kerezekian,
f.       Pembangkitan kundalini
g.      Ilmu Kerezekian
h.      Ilmu Pengusir jin
i.        Ilmu Penyembuhan hikmah,
j.        Ilmu Pengasihan,
k.      Ilmu Pelarisan, dsb.
----------------------------------------------------------------------------------------Biaya : Rp. 300.000,-

2.      Majlatika Tingkat Dua. Meliputi ilmu Majlatika Satu dan ilmu-ilmu:
a.      Penyembuhan jarak jauh,
b.      Janturan (membuat lawan kesurupan/bisa untuk permainan kuda lumping),
c.      Ilmu Macan putih (kewibawaan),
d.      Ilmu penglarisan,
e.      Ilmu khodam malaikat huruf,
f.       Ilmu terawangan alam gaib
g.      Ilmu kerezekian daya batin
h.      Ilmu uang balik asma dsb.
----------------------------------------------------------------------------------------Biaya : Rp. 450.000,-

3.      Majlatika Tingkat Tiga. Meliputi ilmu Majlatika Satu dan Majlatika Dua serta:
a.      Ilmu kerezekian daya batin
b.      Ilmu uang balik asma
c.      Ilmu pasang susuk kinasih/kanuragan,
d.      Ilmu gurah, sedot pusaka
e.      Ajian gembolo geni (tekhnik rebus,
f.       Ilmu penglarisan,
g.      Ilmu meraga sukma, tunggeng mogok
h.      Ilmu Kejadugan, tunggeng balik
----------------------------------------------------------------------------------------Biaya : Rp. 495.000,-

4.      Majlatika Paket Khusus. Meliputi seluruh keilmuan yang ada dalam majlatika satu sampai tiga ditambah ilmu bio energi listrik, ruqyah ilahiyah, hipnotis Islami, dsb.
-------------------------------------------------------------------------------------Biaya : Rp. 2. 750.000,-

*Keterangan Khusus :
K      Anda bisa mengikuti diklat satu tingkat demi satu tingkat atau langsung mengikuti tiga tingkat sekaligus. Apabila Anda mengambil 3 tingkat sekaligus dalam satu waktu, maka Anda dibebani biaya Majlatika Paket Khusus.
K      Ilmu-ilmu yang diberikan melalui system transfer dengan cepat.
K      Insya Allah ilmu yang Anda peroleh permanent untuk selamanya dan sangat bisa untuk dijadikan agar kita lebih dekat dengan Yang Maha Ghaib.
K      Ilmu-ilmu yang Anda peroleh langsung dapat Anda pergunakan untuk kemaslahatan sesama tanpa harus melakukan ritual yang memberatkan seperti puasa, wirid panjang dan lain sebagainya.
K      Ilmu yang diajarkan tidak bertentangan dengan kaidah agama maupun negara, bebas syirik dan sesuai syariat
K      Bisa dipelajari oleh siapa saja, laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, apapun suku, ras, golongan, bangsa dan bahkan apapun agama Anda.

Dapatkan Kuliah Singkat Majlis Pelatihan Ilmu Metafisika hanya di :
Pondok Laku Batin
ALWAHA
Buniwah Krajan RT 04/03 – Kec. Bojong – Kab. Tegal 52465  HP. 0815.7788.056  INDONESIA

Pemesanan kitab panduan dengan  cara transfer di Bank online atau di Kantor Pos.
Atau bisa juga melalui wesel instant di kantor pos terdekat di daerah Anda.
Ditujukan ke : BANK SHAR-E MUAMALAT No.Rek:  912  8299  299  a.n. Bahril Ulum. Atau 
 E – BATARAPOS  BANK BTN No.Rek: 12270-01-57-000064-8 a.n. Bahril Ulum AQS.

Kirim bukti transfer ke alamat kami atau kirimkan via SMS nomor PIN dan NTP Pengiriman wesel disertai alamat pos Anda, jika Anda menggunakan wesel instant,
ke nomor HP 0815.7788.056.
Pesanan kitab disertai dengan tekhnik pentransferan ilmu metafisika yang Anda inginkan akan segera dikirim ke alamat Anda begitu kami terima konfirmasi dari Anda.

Semua biaya pelatihan di atas ditambah ongkos kirim paket pos ke alamat Anda dengan ketentuan :
Ongkos kirim dalam negeri :Rp. 25.000,-
Ongkos kirim luar negeri : Rp. 50.000,-