Sabtu, 04 Juni 2011

Makna Batin


MAKNA BATIN
Sahabat-sahabatku, Allah Rabbul Jaliil adalah Dzat Yang Maha Baathiin. Yang keberadaannya di dunia ini tak bisa disentuh dengan tangan atau disaksikan dengan dua mata kita. Tetapi meski demikian, kaca mata iman seorang muslim memberikan keyakinan bahwa sejatinya Allah adalah Dzat yang pasti maujud adanya. Dialah Allah, Dzat yang telah menciptakan mahluk bernama manusia. Al-insan sebagai makhluk yang dibekali kesempurnaan dengan sesuatu yang abstrak berwujud batin. Manusia adalah mahluk yang memiliki dua sisi berbeda. Sisi pertama adalah jasmani atau lahiriah. Lahiriah manusia ini sangat jelas dapat kita ketahui dengan segala indera kita seperti indera penciuman, perasa, penglihatan dan juga pendengaran. Ia adalah wujud yang konkrit, yang jelas di hadapan kita. Secara alamiah manusia mengalami perkembangan fisik seizin Allah dari bayi, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa dan pada akhirnya akan menjadi tua renta dan tak memiliki daya apapun saja. Tulang-tulangnya keropos, kulitnya keriput, kecerdasannya berkurang, pendengarannya kabur, penglihatannya samar, tenaganya lemah. Akhirnya, jasad yang semula memiliki kekuatan dan segala macam bentuk kejayaan, ketampanan, kecantikan, keindahan dan lain sebaginya, mau tidak mau, rela atau tidak rela, suka atau tidak suka harus kembali kepada tanah dan hancur menjadi santapan makhluk-makhluk tanah seperti cacing, belatung, ngengat, bakteri dan lain sebagainya. Begitulah nasib badan jasmani manusia yang sangat jelas keberadaannya.
Sahabat-sahabatku, sisi kedua yang diciptakan Allah untuk manusia setelah jasmani adalah batin. Batin inilah sesungguhnya yang menjadi hakikat wujudnya makhluk bernama al-insan atau manusia. Batin adalah jiwa. Batin adalah ruh kehidupan jasmani. Sebelum adanya wujud fisik kita diciptakan Allah di dalam rahim ibunda kita, ketahuilah wahai sahabat-sahabatku, wujud kita yang sejati dalam bentuk “batin” atau ruh telah lebih dulu diciptakan Allah. Laahaula walaaquwwata illa billaah. Dan ketahuilah, sejatinya  Ruh manusia memiliki nilai kekekalan. Ia tidak akan hancur sebagaimana halnya jasmani. Ia diciptakan Allah untuk kekal. Tidak seperti badan wadag kita yang akan hancur dimakan tanah, keberadaan batin tidak akan mengalami kehancuran. Eksistensi batin adalah kebalikan dari eksistensi badan wadag lahiriah. Jika badan wadag lahiriah kita semakin bertambah umur akan semakin menurun kualitasnya, tidak demikian halnya dengan batin.
Batin, semakin bertambah usia akan semakin baik jika kita mengolahnya dengan baik sesuai tuntunan yang memiliki batin ini dan tentunya akan semakin bertambah kuat. Mengapa demikian? Sahabat-sahabatku, pahamilah! Allah memiliki asma’ul husna. Satu di antaranya adalah “Al-Baathinu” artinya Yang Maha Ghaib. Asma ini memiliki empat huruf yakni huruf ba’, alif, tha’ dan huruf nuun.
Huruf ba’ dan alif adalah baabullah wa bashiirullah. Pintu menuju Allah dan tempat Allah memandang makhluk Nya yang bernama al-insan ini. Baabullah mengandung makna pintu menuju Allah. Apakah wujudnya pintu itu? Taqwa. Inilah pintu menuju Allah. Taqwa tidak terletak di tangan yang terampil, tidak di kepala yang berwibawa, tidak di lidah yang fasih berbahasa, tidak di mata yang jernih, tidak di wajah yang tampan atau cantik, tidak pula di kaki yang kokoh atau di sekujur badan wadag lahiriah yang sempurna. Tidak di sana. Tetapi sadarilah, taqwa terletak di batin kita. Perbuatan kita, perkataan kita, tingkah laku kita adalah bias dari cermin batin. Jika kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, niscaya badan wadag lahiriah kita pun akan mengikutinya. Dan jika batin kita penuh dengan maksiat kepada Allah dan jauh dari nilai taqwa, Anda pasti bisa menduga apa yang akan dilakukan anggauta badan wadag lahiriah. Tentu akan melakukan banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan dan lebih suka melanggar fitrahnya sebagai hamba.
 Tindakan amoral yang mengumbar nafsu syahwat, keserakahan, kesewenang-wenangan, takabur, sombong, ujub, iri hati, dengki, dzalim dan segala macam tindakan nista adalah cermin batin yang jauh dari cahaya taqwallah. Melalui batin inilah seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah dengan taqwanya. Semakin dia bertaqwa, semakin tinggi derajatnya, baik di kalangan manusia atau di hadapan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, semakin jauh seseorang dari taqwallah, maka akan semakin rendah derajatnya di kalangan manusia, terlebih lagi di hadapan Allah. Saya yakin, Anda tetntu tidak akan menganggap seorang pezina bermartabat mulia. Koruptor juga tak mungkin akan Anda kagumi. Perampok, pencuri biasa atau pencuri harta Negara, pendusta, penipu, pelacur, germo, penjudi dan profesi syetan apapun, tidak mungkin akan mendapat tempat terhormat di tengah masyarakat. Ini bukti, bahwa jika seseorang jauh dari cahaya taqwa, maka ia akan rendah derajatnya di tengah manusia, apalagi di hadapan Allah. Beda jauh dengan orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan taqwanya. Ia akan mendapatkan penghormatan sebagai hamba yang shaleh, dihormati manusia dan juga dimuliakan Allah. Allah kemudian memudahkan segala macam urusannya, kehidupannya, rizkinya alhir dan batin, semua urusannya baik urusan duniawinya ataupun urusan ukhrowinya. Subhanallah, kondisi para muttaqiin ini akan terus bertambah baik dan sempurna semakin ia meningkatkan ketaqwaannya. Hingga jika terdapat persoalan dalam hidupnya, maka Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya dan Dia Allah juga akan memberikan rizki yang luas dari arah yang tidak mereka sangka dan duga kedatangannya. Perhatikanlah firman Allah ini:
وَمَنْ يَّتَّقِ الله َيَجْعَلْ لَهُ مَحْرَجاً، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَصِبُ، وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَحَسْبُهُ، اِنَّ اللهَ باَلِغُ اَمْرِهِ، قَدْجَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْئٍ قَدْرًا
 Kita sandingkan para muttaqiin ini dengan orang yang enggan menuju Allah. Para muttaqiin ini jelas sangat kontras sekali dengan mereka yang menjauhkan diri dari cahaya taqwallah. Mereka yang  membiarkan batinnya kosong tanpa siraman ketaqwaan setiap saat. Detik-detik jantungnya dari badan wadag lahiriah mereka hanya dipenuhi kemubadziran demi kemubadziran yang semakin hari semakin menumpukkan dosa. Karenanya, hidup mereka tidak akan bahagia. Rumah tangga mereka tidak akan harmonis. Rezeki mereka tidak akan barokah. Batin mereka tidak akan tenang, selalu gersang dan hampa, mereka kemudian mencari ketenangan dan kebahagiaan melalui pintu-pintu dosa, seperti mabuk, judi, zina dan lain sebagainya. Mereka kira di sana akan ditemukan ketenangan. Tetapi yakinlah, mereka tidak akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati.
Sahabat-sahabatku, inilah batin sebagai pintu menuju Allah, baabullaah. Kemudian Bashiirulaah bermakna pandangan atau tempat Allah memandang makhluk Nya. Demi sesungguhnya, Allah tidaklah memandang makhluk Nya dari bentuk fisik ataupun harta kekayaannya. Biarpun wajah Anda cantik, tampan, punya nilai jual sebagai artis senetron, punya tampang pejabat tinggi, punya potongan pegawai kantoran atau pegawai negeri, atau punya tampang apapun saja. Sungguh, Allah tidak akan memandang bentuk tubuh dan rupa wajah hamba Nya. Tetapi yang Allah lihat adalah taqwanya. Taqwa yang letaknya tidak di diwajah atau di bentuk fisik. Taqwa yang muaranya ada pada batin. Maha benar Allah yang berfirman, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu sekalian. Nah, di hadapan Allah, ketampanan, kecantikan, kekayaan sama sekali tiada berarti. Yang dipandang hanya batin yang di dalamnya tersimpan taqwa. Batin  inilah seabagai titik pandang Allah terhadap hamba Nya untuk mengetahui siapakah yang lebih baik nilai ketaqwaannya di antara kita.
Huruf berikutnya setelah ba’ dan alif adalah tha’ dan nuun. Dua huruf ini memberikan penjelasan tentang thaharullaah wa nuurullaah. Tempat Allah mensucikan manusia dan mengangkat derajatnya serta titik Allah memberikan cahaya Nya. Thaharullah adalah af’al atau perbuatan Allah yang Menghendaki manusia dibersihkan citra kemanusiaannya dari segala macam kotoran gaib seperti dosa. Perbuatan Allah secara umum ini akan terjadi bergantung pada perbuatan manusianya sendiri. Jika kita berusaha untuk membersihkan batin kita dari segala macam debu dosa yang terlanjur kita perbuat, maka af’al Allah pasti akan terjadi. Allah akan bersihkan jiwa kita dari debu-debu dosa yang akan membuat kita terpelanting dalam jurang kenistaan neraka. Hingga kemudian kita menjadi pribadi-pribadi yang bersih dan suci untuk kembali kepada penciptanya, Allah Qadli Rabbul Jaliil. Sebailknya, jika kita membiarkan batin kita terus terkontaminasi oleh virus dosa, maka af’al Allah untuk mensucikan diri kita pun tidak akan terjadi. Dia akan membiarkan kita menjadi penghuni areal kesengsaraan an-naar.
Nah, manakala Anda terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan pendekatan taqwa yang sesungguh-sungguhnya, maka thaharullaah akan terjadi. Melalui batin Anda Allah akan angkat derajat Anda pada level hamba yang disucikan oleh Nya. Pada saat itulah, kemudian Allah pancarkan cahaya Nya yang teramat agung ke dalam batin Anda. Inilah anugerah terbesar bagi hamba yang menggunakan batinnya sebagai baabullah, pintu menuju Allah. Sehingga thaharullah akan terjadi dan di sini pulalah nurullah akan diperoleh.
Ketika nuur Allah telah didapat, maka seluruh yang menyertai kehidupan si hamba akan nampak bersinar terang. Wajahnya adalah cahaya Allah, akhlaknya adalah akhlakullah, kata-katanya menjadi hikmah, hidupnya menjadi mutiara yang selalu dicari manusia. Pendeknya, segala sesuatu yang menyertainya senantiasa bercahaya Allah. Subhanallah wallahu akbar. Luar biasa.
Nah, lewat ngaji batin ini, saya ingin mengajak diri saya pribadi dan sahabat semuanya, saat inilah kita harus segera memulai menata batin kita, mengkaji batin untuk menjadi pintu menuju Allah agar Allah bersihkan batin kita dan memancarkan cahaya Nya hingga kita berjumpa dengan Allah Yang Maha Cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar